SUKU LUHAK KEPENUHAN
SUKUBhineka Tunggal ika adalah semboyan pemersatu dari segala suku yang adadi Bumi Nusantara dari Sabang sampai Merauke, Mereka diikat oileh satu kesatuanyang tak dapat dipisahkan. Sekalipun bumi ini hancur, namun kebhinekaan merekatetap dipegang sebagai satu kesatuan, sehingga yang satu dengan yang lain tetapmerekat dalam keteguhan akan jiwa senasib sepenanggungan guna menghadapi apasaja yang dapat menghantam negara tercinta Indonesia.
Salah satu kebhinekaan itu termasuk di antaranya suku yang ada di LuhakKepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Suku-suku di Luhak Kepenuhanhidup saling berdampingan tanpa ada satu perbedaan yang substansial memisahkanatau nemecah belah keberadaan kesukuan yang dijunjung negara ini. Kebhinekaandaerah ini terletak pula pada semboyan, Bisik Mon to’ Uwang Koponuhan.Semboyan tersebut melambangkan jati diri kesukuan dalam adat Luhak Kepenuhan,karena Luhak Kepenuhan termasuk dalam kelompok Luhak Nan Limo yaitu:
- Luhak Rokan IV Koto
- Luhak Kunto
- Luhak Rambah
- Luhak Tambusai
- Luhak Kepenuhan
Luhak Rokan dan Luhak Kunto terletak di Rokan Kiri dan Luhak Rambah.Luhak Tambusai dan Luhak Kepenuhan terletak di Rokan Kanan. Masing-masing Luhakmemiiki semboyan yang mencerminkan sifat dan tingkah laku yang dimiliki oleh masing-masingluhak. Kalau dipertanyakan kapan lahirnya semboyan itu dapat dijawab, sejakmereka menempati wilayah berdasarkan letak geografis.
Di sini dapat dipaparkan beberapa semboyan per luhak, namun sebelumnyaharus mendapat pengkajian mendalam masing-masing luhak, karena memiliki artitersendiri. Sedangkan di sisi lain, penulis belum memberanikan diri secaraterbuka memberikan pengertian dari semboyan yang ada, mudah-mudahan sajasemboyan yang dikumpulkan ini menjadi wacana dan pembahasan bagi anak kemenakanlima luhak.
Adapun bunyi dan semboyan (dengan bahasa Kepenuhan) dari lima luhaktersebut adalah:
- Luhak Kunto : Umuk Umai Uwang Kunto
- Luhak Kepenuhan : Bisik Montok Uwang Kepenuhan
- Luhak Rokan : Posan Bokaik Uwang Okan
- Luhak Tambusai : Gogang Kuduha Uwang Dalu-Dalu
- Luhak Rambah : Tipu Tepok Uwang Ambah
Apa yang terdapat pada Gurindam 12 Pasal V karangan Raja Ali Haji yangmenyatakan bahwa, Jika Ingin Melihat Suatu Bangsa, Lihatlah Kepada Budi danBahasa. Jika diperhatikan, orang tua di zaman dahulu memberikan danmemaknai sesuatu, mereka lebih tertarik kepada apa yang terjadi ketika itu.Artinya ada kesesuaian antara isi Gurindam 12 dengan pelaksanaan yang diberikanoleh orang-orang tua terdahulu dalam memaknai semboyan masing-masing luhak. Inisebabnya penulis belum berani memaknai secara sepihak arti yang termaktub dalamsemboyan tersebut. Mudah-mudahan para pejabat adat cepat memcermati dari maknayang terkandung dalam semboyan ini.
Sedangkan pembahasan tentang suku di lima luhak tersebut potatah potitihmenyatakan,Lain Lubuk Lain Ikan, Lain Padang Lain Belalang. Kelimaluhak tersebut memiliki makna dan arti tersendiri serta adat istiadat yangberbeda. Namun demikian keberadaan adat yang dimiliki oleh lima luhak jugamemiliki banyak kesamaan dan perbedaaan. Karena banyaknya persamaan danperbedaan tersebut, Lembaga Adat Melayu Rokan Hulu selalu mengadakan pengkajiandan pendalaman yang teliti, sehingga dapat diambil suatu pemaknaan untuk diangkatsebagai Adat dan Budaya Rokan Hulu, tanpa menafikan dasar tempat berpijak.
Kata luhak adalah kata yang diambil dari bahasa daerah Rokan. Namatersebut diberikan pada zaman kerajaan dahulu kala. Luhak mengandung arti samadengan kecamatan atau kewedanaan dalam istilah dahulu. Keberadaan seluruh adatyang terdapat di dalam suatu luhak menjadi milik/di bawah kekuasaan luhaknya.Karenanya sampai saat ini pemerintah tingkat kecamatan selalu mengadakankonsultasi kepada pihak adat dalam pengambilan beberapa kebijakan pemerintahan.
Potatah potitih menyatakan tigo tunggu sojorangan, tali bopilintigo. Maknanya, antara Adat, Pemerintah, dan Ulama adalah satu kesatuandalam membuat beberapa kebijakan yang dianggap penting untuk didudukkan secarabersama. Ibarat menanak nasi, olun masak nasi tu jika tungku dua atau satu.Mereka secara bersama-sama dalam menjalankan aktivitas sekalipun ada tugas danbidang yang berbeda sesuai dengan tugas dan fungsinya.
1. PENGERTIANSUKU
Yang disebut suku di adat Luhak Kepenuhan adalah kelompok yang berasal dariseorang uci penempuan. Sesuku artinya semua keturunan dari uci ke bawah yangdihitung menurut garis ibu, yaitu:
Uci menurunkan unyang
Uyang menurunkan uwak
Uwak menurunkan omak
Omak menurunkan anak (laki-laki dan perempuan)
Semua keturunan Uci disebut sepesukuan atau sesuku. Kelompok sepesukuandikepalai oleh seorang penghulu suku atau ninik mamak. Dalam sepesukuan yangdapat dan boleh menjadi penghulu hanyalah pria yaitu boleh unyang(laki-laki), atuk (datuk), bapak atau mamak atau kemenakan laki-laki.Hal ini sudah menjadi ketentuan adat.
Cara membaca garis kesukuan di Luhak Kepenuhan adalah dari pihak ibu yangmelahirkan anak Kemenakan. Melalui garis keturunan ibu seluruh sanak familidalam kesukuan akan diketahui dan dapat bertingkah laku sesuai yang ditentukanadat Luhak Kepenuhan. Misalnya, dalam penentuan pimpinan dari Pucuk sampai ke MatoBuah Poik, menjadi kajian utama yang memimpin dalam masing-masing suku.Dengan demikian, pelaksanaan keadatan selanjutnya adalah tugas para pejabatyang telah dipercaya oleh sepesukuannya.
2. LAHIRNYASUKU-SUKU DI LUHAK KEPENUHAN
Keberadaan negeri Kepenuhan pada mulanya telah dihuni oleh sekelompokmasyarakat yang datang dari daratan (diduga dan Kerajaan Sriwijaya dan KerajaanPagaruyung) dan lautan (Kerajaan Malaka, Malaysia). Mereka yang berdatangan kedaerah ini dengan berkelompok dan mereka silih berganti antara satu kelompokdengan kelompok yang lain. Untuk mengetahui secara mendalam tentang asal usulmasyarakat Kepenuhan, penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang sejarahyang melatar belakangi kedatangan para pendatang tersebut.
Suatu ketika berlayar sebuah perahu kapal dari Hindia yang berasal dariGunung Himalaya menuju Malaka. Di tengah mengarungi lautan mereka berselisihdengan perahu kapal asal Jawa yang sedang menuju pulang ke Pulau Jawa.Sekelompok orang Jawa tersebut menyebutkan kata orang melayu, karenaperahu kapal milik Hindia itu begitu kencang berlayar. Maksud dari kata melayudi sini adalah orang berlari seperti karena dikejar, demikian anggapanorang Jawa tersebut melihat kejadian itu dengan menyebut-nyebut Melayu! Melayu!Melayu!
Sesampai di Selat Malaka, mereka berlabuh. Perahu kapalnya menepi danberhenti beberapa saat guna menambah perbekalan perjalanan berikutnya. Dengankedatangan sekelompok masyarakat ini penduduk setempat memiliki alibi bahwa rombongganorang Malaysia. Tujuan dari rombongan perahu kapal tersebut adalah ke RokanKanan, tepatnya ke Kepenuhan. Setelah perbekalan yang dibutuhkan sudahdidapatkan dan tali yang diikat sudah pula dilepas, pertanda perahu kapal akanberlayar menuju persinggahan berikutnya, yaitu Rokan.
Di tengah perjalanan, perahu kapal yang ditumpangi rombongan tersebutkandas di tengah laut, sehingga mereka terhenti. Dalam situasi demikian, parapenumpang berusaha agar perahu kapal yang kandas dapat melanjutkan perjalanandengan cepat. Sebagian mereka ada yang menahan aliran air, supaya air lauttersebut bisa pasang kembali. Ada yang menahan atau menumpu perahu kapal agartidak lari arah dari yang direncanakan. Ada pula yang berdiam diri. Ada yangmenjadi kapten kapal, baik di bawah, di tengah, maupun di atas, supaya perahukapal dapat terkendali dengan baik. Selain itu ada pula yang sibuk mengurusdirinya sendiri.
Demikianlah kondisi yang terjadi saat perahu kapal kandas. Menurutsejarah, dengan kejadian tersebut lahirlah suku-suku yang menunjukkan jati diriyang mereka miliki, yaitu menjadi tujuh kelompok. Mereka ini adalah Melayu,Kandang Kopuh, Pungkuik, Moniliang, Kuti, dan Mais, yang selanjutnya merekaterbagi menjadi tujuh suku.
SUKUMELAYU
Posisi suku Melayu pada kejadian perahu kapal kandas ini ada tiga tempat.Pertama, posisi di tengah-tengah adalah sebagai kapten kapal yang lebih dikenaldengan sebutan Tongahbahasa melayunya. Posisi di atas adalah untukmengatur layar yang lebih dikenal dengan sebutan Ateh bahasa Melayunya. Posisidi bawah adalah untuk tugas mekanik, yang lebih dikenal dengan nama sebagaibahasa Melayunya Pasak sebagai bahasa Melayunya.
Secara filosofis, maka tersirat yang dapat diambil dari peristiwa iniadalah Suku Melayu tidak memihak kepada siapa pun karena keberadaannya adalahsebagai pemimpin dalam perjalanan tersebut. Tugas seperti itulah yang harusselalu dipegang orang Melayu dalam setiap menunaikan sesuatu yang diamanahkankepada mereka. Yang diutamakan adalah bagaimana amanah tersebut betul-betulmenjadi dapat diemban dengan baik sesuai dengan wewenangnya. Dengan demikian,baru dapat dikatakan benar apa yang menjadi semboyan suku ini, yaitu ContiangMelayu yang berarti orang yang selalu memiliki sifat netral.
SUKUMONILIANG
Adapun sikap suku ini dalam kejadian perahu kapal kandas tersebut adalahmengelilingi perahu kapal, melihat ke sana sink sebentar melihat ke depan,kemudian ke belakang, entah apa yang akan dikerjakan. Moniliang berartimengelilingi kapal. Mereka mengelilingi perahu kapal melihat air pasang akanmenimp perahu kapal, dan berkata: “Bono! Bono! Itu Bono datang!” Bonoartinya air bergelombang besar. Mereka kemudian berkata lagi itulah tadin kusobuik aie akan datang, kolian onak bokojo juo, lotih Miang awak!” (Dantadi udah kubilang kalau air akan datang, namun kalian ingin bekerja juga,sekarang kita dapat capeknya saja).
“Godang kato bang!”, ucap penumpang lainnya secara sponta melihatsikap yang mereka ambil. Ucapan dari penumpang tersebut lengket kepada merekasehingga menjadi semboyan pula dalam Suku Moniliang yaitu Godang kato uwangMoniliang. Arti danri semboyan tersebut adalah mereka selalu meninggi, selalumerasa lebih, selalu merasa pintar, dan sebagainya.
SUKUPUNGKUIK
Sedangkan posisi Suku Pungkuik pada saat kejadian perahu kapal kandastersebut adalah berdiam diri di dalam perahu kapal, menunggu hasil yangdidapatkan dari pekerjaan penumpang lain. Suatu ketika mereka mengira kapalakan tenggelam, dan mereka berupaya menyelamatkan diri namun anak mereka sendirihampir tertinggal. Secara historis diperoleh informasi yang mengatakan, bahwatidak banyak yang diperbuat suku ini, mereka hanya menanti dan menunggu apayang akan terjadi.
SUKUKANDANG KOPUH
Salah satu suku di Luhak Kepenuhan dinamakan Suku Kandang Kopuh karenatugas yang diembankan ketika itu adalah menahan air atau lebih dikenal dalambahasa Kepenuhan,Mongandang. Maksud kata tersebut adalah agar terkumpulsehingga kembali menjadi pasang dan kapal yang kandas dapat berjalansebagaimana mestinya.
Dalam menjalankan tugasnya, Suku Kandang Kopuh terus berupaya sampaikapal dapat berlayar untuk melanjutkan perjalanan. Begitu giatnya hingga bulubetis mereka habis tercabut atau putus oleh derasnya air ketika itu. Karenaterlalu banyak mengeluarkan tenaga, badan mereka terasa Kompuh (Lemas)dan tidak bertenaga. Peristiwa tersebut menjadi cirri tersendiri dari suku ini,yaitu salah satunya adalah tidak memiliki atau tidak terlihat bulu betisnya.
Ini merupakan salah satu ciri yang terlihat dalam kesukuan LuhakKepenuhan. Begitu pula dengan suku lainnya yang memiliki kekhasan tersendiri, sehingga bagi mereka yangbetul memahami dan mendalami tentang kesukuan akan paham yang mana sukunya,karena terlihat dari kekhasan yang dimiiki.
SUKU MAIS
Hidup pada zaman dahulu sebuah keluarga, terdiri dari ayah dan dua oranganak perempuan. Sumber kehidupan mereka adalah dari hasil pertanian. Merekatinggal tidak jauh dari pinggir sungai yang banyak ikannya. Kedua anakperempuan ini sering membantu ibu memasak dan ikut pula membantu ayahnyabekerja diladang. Setelah mereka membantu keduanya kebiasaan mereka seringmandi dan mencari ikan dan menangguk udang-udang yang bersembunyi dicelah-celahrumput sungai dan kemudian dimasak dan dimakan bersama dengan keluarga dirumah.
Konon begitulah kegiatan rutinitas kedua putri ini setiap harinya. Haridemi hari, berganti minggu, berganti bulan dan tahunpun berubah. Akhirnya tibamusim kemarau panjang, air sungai kering, ikanpun sudah tiada lagi danudang-udang dicelah rumput yang biasa mereka tangguk tidak lagi dapat dijumpaiseperti biasanya. Kebiasaan anak perempuan yang paling tua tersebut bila dapatikan atau udang biasanya di paih (pais) sedangkan sibungsu biasanya ikan atauudang tersebut lebih suka di giling untuk dibuat sambal ikan.
Jumlah udang yang diperoleh pada hari tersebut tidak banyak, sedangkanmereka punya perbedaan selera dalam memakan ikan ini, maka hal ini membawa pertentangan/peselisihan antara mereka. Akhirnya mereka dipisahkan oleh orang tuanya. Yanghoby makan paih ini menjadi suku maih (mais), sedangkan yang hoby menggilingikan untuk dibuat sambal ini menjadi suku moniliang, karena pada awalnya merekaadik beradik makanya sampai sekarang perkawinan antara kedua suku ini (mais danmoniliang) tidak banyak yang sukses (selamat), kadang-kadang banyak yangmembawa penyakit (conal) gila, cacat dan adapula yang hidupnya kurang mampu(miskin)
SUKU KUTI
Menurut hikayatnya, asal usul Suku Kuti terdapat dua persi. Dalam hikayatpertama dikisahkan kalau negeri asal Suku Kuti adalah Batipuh yang dipimpinoleh seorang Penghulu Adat (Pucuk Suku) bergelar Tuan Godang. Beliau adalahsalah satu yang ada di balai Kerajaan Pagaruyung di abad ke IX.
Pada suatu ketika, Suku Kuti berpindah dan Batipuh ke Negeri Bonjol.Selanjutnya terjadi lagi perpindahan ke Negeri Rao. Dari Rao, dipimpin olehtiga orang bersaudara beserta beberapa orang Kaum Soko (anak kemenakan)berangkat ke Tambusai melalui Sungai Siasik (Rokan IV Koto). Di dalam perjalananmereka singgah di Permain (Tapanuli Selatan) beberapa bulan. Adapun anggotarombongan tersebut adalah sebagai berikut.
1. SutanMangku Alam
2. SutanBatuah
3. FaqihMaulana
Selanjutnya Sutan Mangku Alam dengan adik kandungnya bernama FaqihMaulana menetap di Tambusai. Sementara itu, Sultan Batuah beserta beberapaorang anak kemenakannya menuju ke sebelah timur Tambusai dan membuka lahan pemukimanbaru di pinggir Sungai Batang Lubuh (Sungai Rokan kanan), tepatnya bernamaPasie Siahat.
Pasie Siahat terletak kurang lebih satu kilometer di hilir Lampung SurauTinggi sekarang. Beberapa tahun kemudian, Sultan Batuah diikuti oleh kaumkerabatnya dari Rao yang terbagi dalam dua rombongan. Satu rombongan menuju danmenempati hulu Sungai Kumu atau yang lebih popular disebut dengan Kumu Jua.Sedangkan rombongan yang satu lagi menempati wilayah Sungai Somaong (sekarangadalah wilayah Batang Samo Kecamatan Rambah Hilir).
Dan tiga tempat inilah secara evolusi Suku Kuti berkembang ke seluruhpenjuru Luhak Rambah hingga sekarang. Hampir 400 tahun yang lalu di negeri Rambahtelah dihuni manusia yang terdiri dari masyarakat kecil dan perkembangan sampaike Luhak Kepenuhan yang tergolong dari anak cucu Sutan Batuah.
Adapun nama-nama pemimpin rombongan pertama dari anak cucu Sutan Batuahadalah sebagai berikut.
1. MajoKaha
2. PanglimaBansu
3. SotiePoloan (Sotie Pahiawan)
Ketiga orang bergelar ini menuju Kampung Terusan dan di ikuti beberapaKaum Soko dan anak kemenakan. Mereka wafat di Kampung Sibelentung, yakni sebuahkampong yang terletak lebih kurang lima kilometer dari Kampung Terusan.
Adapun nama-nama pemimpin rombongan kedua sebagai berikut.
1. OlangBobega
2. GompoCino
Kedua pemimpin ini menempati Pasie Pinang dan wafat di sana. Datuk yangbergelar Olang Bobega mempunyai kehebatan yang luar biasa di dalam DobalangRaja. Orangnya kecil dan pendek, tingginya hanya tiga hasta.
Sementara itu, rombongan ketiga diberi penghargaan oleh Sutan Batuah,yaitu dua orang memimpin satu luhak, tetapi karena beliau masih mampu memimpinLuhak Rambah, maka dua orang tersebut diberi kekuasaan penuh di Batang Sosa kehilir.
Adapun nama kedua orang yang diberi penghargaan oleh Sutan Batuah tersebutyaitu:
1. Golet
2. Maksah
Merekalah orang pertama menempati Batang Sosa, lalu beberapa harikemudian menyusul anak kemenakan dari Kaum Soko hingga terbangun pemukiman barudi tempat itu. Kampung tersebut bernama Kampung Sionah karena dua pemimpin ini bersikaprendah hati berkat petuah dari Sutan Batuah di Pasie Siahat dan dihargai olehbeberapa Kaum Soko.
Di kampung tersebut, anak kemenakan Kaum Soko kemudian berladang,berdamar, mencari rotan, menangkap ikan, dan sebagainya. Setelah berpuluh-puluhtahun, anak kemenakan tersebut kemudian pindah ke Kampung Tebih atau sekarangdisebut juga dengan Pekan Tebih, dipimpin oleh Datuk Golet yang tinggal diSionah. Kemudian pindah ke Kampung Longong dipimpin oleh Datuk Maksah dandiikuti oleh adik kandungnya dengan gelar Intan. Sebagiannya, anak kemenakandan Kaum Soko pindah ke Teluk Awa dipimpin oleh Majo Kaha dan beberapa oranganak kemenakan yang cerdik dan pandai di dalam kaum.
Beberapa lama kemudian, yang tinggal di Teluk Awa berladang menujuTanjung Alam dan sebagian mereka menetap di sana dipimpin oleh Mamak Baser danMamak Para. Sampai saat ini anak kemenakan tersebut masih banyak bermukim disana.
Sebagian mereka dari Teluk Awa tersebut pergi menuju ke Kampung Panjangdipimpin oleh dua orang pemimpin, yakni sebagai berikut.
1. MajoKaha
2. Latah
Kemudian dikomandokan oleh Majo Kaha, Kaum Soko atau anak kemenakan dariKampung Teluk Awa ditempatkan di mudik kampung dengan Bundo Kandung (Thu SriAdih). Kaum Sko atau anak kemenakan dari Kampung Longong diberi tempat sebelahhilir Kampung Panjang dengan Bundo Kandung (Ibu Sri Intan). Sedangkan adikkandung Majo Kaha ditempatkan di tengah kampung (di antara Bundo Kandung)beliau yang diberi nama Uwak Opuk.
Adapun nama lengkap Majo Kaha adalah Doni, adik kandung dari Golet yangwafat di Pekan Tebih. Sekarang, anak cucu beliau, termasuk dari Kampung TelukAwa bermukim di Koto Tengah atau Kota Tengah (Gelugur sekarang). Hingga kini sudahbanyak yang berpindah ke seluruh desa dan dusun sekitar karena perkembanganpenduduknya.
Adapun pecahan dari Kampung Panjang, anak cucu Doni (Mojo Kaha) tersebut,bermukim di Kampung Pasar Kesra pada kun 1975, dipimpin oleh M. Rasyid. J (MajoMudo dan beberapa anak kemenakan atau kaum Soko). Pada tahun 982, ada yang pindahke Desa Muara Jaya dan desa lain sekitarnya di bawah pimpinan Majo Kaha. Adapunpimpinan dari Datuk Maksah dipimmpin oleh Majo Nando (Pokan) denganMamak Majo Sotie Mudu Su’a. Pada saat ini Kampung Panjang dipimpin oleh Majo SoteiMudo (M. Naser/Kh Sufi).
Sedangkan Kampung Panjang, Kesra, Sei Emas, dan Muara Jaya dipimpin olehM. Rasyid. J (Majo Mudo) hingga saat ini. Ia mendapat kepercayaan untukmemimpin anak kemenakan Kaum Soko sejak berumur 26 tahun hingga saat ini telahberusia 64 tahun. Bahkan pada tahun 2006 ia masih mampu memimpin, dan begitulahlamanya masa jabatan adat.
Dari kisah ini kelihatan bagi kita bahwa Suku Kuti berasal dari AlamMinangkabau, menuju Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Begitu juga sudah jelaspemahaman bagi kita tentang sosok pejuang-pejuang adat, baik di Luhak Rambah,Tambusai, maupun di Luhak Kepenuhan.
Hal ini merupakan satu anugerah bagi kita sebagaimana yang ditemukan didalam buku sejarah Cino Mato, jilid I, II dan III yang ada pada Datuk RangkayoSutan (Abdul Aziz Noer), disusun oleh beberapa kawan serta disetujui oleh PucukSuku Kuti saat ini, Samsul Kamar yang bergelar Majo Nando, sebagai pucukpimpinan keenam Luhak Kepenuhan.
Adapun hikayat kedua tentang asal usul Suku Kuti dimulai dari dalamsebuah riwayat Sultan Zulkarnain, Raja Istambul pada waktu itu, sedangmempersiapkan sebuah Bahtoro atau dalam bahasa Indonesianya disebutBahtera dalam ukuran sangat besar dan konstruksi yang sangat kuat. Sultanmemerintahkan seribu orang tenaga ahli dari berbagai suku bangsa di dunia,untuk bekerja setiap hari dengan upah yang mahal. Tenaga ahli tersebut bekerjadengan sangat hati-hati dan berhasil menyelesaikan Bahtera tersebut dalam waktusepuluh tahun. Seiring dengan hal tersebut, Baginda Sultan membuat surat danmengirimkannya ke beberapa raja. Baik di dalam maupun di luar negeri,menyatakan bahwa beliau bermaksud akan melakukan sebuah perjalanan jarak jauh.Tujuan dan perjalanan jauh itu adalah sebuah tempat bernama Ostrali ataudikenal dengan nama Benua Australia.
Tersebarnya berita mi sangat menggemparkan khalayak, terutama para rakyatSang Sultan itu sendiri. Rakyatnya sangat mencintai Baginda Sultan sehinggamereka berduyun-duyunlah bergabung tua dan muda, menemui Baginda Sultan. ArkianBaginda Sultan menjelaskan kepada rakyatnya bahwa ada sebuah berita yangdidengar Baginda, yakni adanya sebuah tempat yang sangat bagus, strategis, dancocok dijadikan lokasi pengembangan usaha pertanian dan perternakan. Oleh sebabitu, Beliau bermaksud ingin melihat tempat tersebut, termasuk sebagai salah satu agenda perluasan kekuasaan kerajaan.
Setelah bahtera raksasa tersebut selesai, maka Baginda Sulta memerintahkanpara Hulubalang agar mengumpulkan brapa jenis binatang, mulai dari tungauyang paling kecil hingga gajah yang paling besar, untuk dimasukkan ke dalam bahterabersama makanannya. Selain hewan, para Hulubalang juga mengumpulkan para rakyatberikut pembesar negeri untuk ikut bersama Sang Sultan.
Ketika semua peralatan telah dipersiapkan, Sang Baginda Sultan bersamapermaisuri, dayang-dayang, inang-inang, para wazir, perdana menteri, ahlinujum, para Panglima Hulubalang Serta semua isi istana kerajaan pun dihimpunmengiring Sultan sama- sama memasuki bahtera raksasa yang diberi nama oleh BagindaSultan sebagai Balai Berponing.
PerjalananYang Terkendala
Pada hari yang telah direncanakan sesuai hasil hisap atau pekiraan paraahli nujum, bahtera Balai Berponing pun berlayar menuju laut lepas. Hari habisberganti hari, minggu berganti minggu, habis minggu pun berganti bulan. Denganmengatakan ampun beribu ampun di bawah Duli Syah Alam Raja Asli Lagi Usolli Raja berdiri sendirinya, setelah melaluibeberapa rintangan sampaiah Baginda Sultan dengan Balai Berponingnya pada suatutempat yang tidak diketahui letak dan kondisinya Bahtera raksasa tidak dapatlagi berlayar sebagaimana mestinya, layaknya seperti sebuah kapal yang bertaliterayun-ayun dan tertegun-tegun.
Kegelisahan, keharuan, kecemasan, dan ketakutan menyelimuti dan menghantuisemua orang pada waktu itu, terlebih lagi Baginda Sultan dan Permaisuri.Setelah sampai tiga hari maka para wazir (pembantu) dan perdana menterimenghadap Baginda Sultan dengan mengharap ampun dan petunjuk atau pengarahanuntuk mendapatkan ide tentang apa yang harus mereka kerjakan untuk mengatasibencana yang sedang mengancam.
Dengan penuh kearifan dan bijak, Baginda Sultan memerintahkan para wazirmemanggil para ahli nujum untuk menghadap raja alam dan jauh menjunjungdulik setelah dekat mengangkat sembah,
“Ampun beribu kali ampun-ampunkan kami dibawa Duli Dang Tuanku, apagerangan titah yang akan dijunjung di atas kepala, maka kami tanai bagaikumalo,” demikian sembah para ahli nujum.
“Ikolah jenisnya untung kito. Mengapa kalian lalai sajo? Tidak kaliantakut jogontar menghadang boncano godang konon sekarang iko kini akuperintahkan untuk mencari dari mengetahui apo-apo kironya yang menghalangibahtera kito iko. Sehingga kito tak dapek lopeh dan apo pub jalannyo agar kitotolopeh dari boncano iko”.
Para ahli nujum bersepakat meminta waktu tujuh hari dan setelah mendapatrestu dari Baginda, mereka pun pergi ke tempatnya masing-masing untuk beramalmenurut ilmu dan kemampuannya. Setelah tujuh hari, para ahli nujum punmenghadap Baginda Sultan dengan hasil berpendapat sama bahwa yang menghalangibahtera Balai Borponing adalah seekor binatang raksasa di dasar laut yang mengacaupada malam hari dan mengaduk lumpur pada siang hari. Akibatnya, apabila sianghari tanah menjadi beku dan berbentuk sebuah pulau, namun malam hari tanah yangmulai membeku menjadi lumpur tebal. Hal itulah yang mengakibatkan bahtera rajatidak dapat keluar atau bergerak dari tempatnya.
Setelah mengetahui keadaan sebenarnya, Baginda Sultan pua memanggil parawazir dan perdana menteri untuk menanyaka jalan keluar dari bahaya yang tengahmencekam tersebut. Menurut para wazir dan perdana menteri, yang mampumenghadang atau melawan musuh raksasa tersebut adalah para Panglima Hulubalang.Setelah memperoleh kesepakatan, raja pun sependapat dengan ide tersebut danmemerintahkan agar Panglima Hulubalang menghadap kepadanya.
Baginda Sultan memeritahkan Panglima Hulubalang untuk segera berperangmelawan “hantu laut” yang bercokol di bawah balai beerponing.. Denganmengharapkan ampun dan ridha Sang Rara Panglima Hulubalang meminta waktu tujuhhari guna bermupakat sesamanya untuk mengatur strategi peperangan.
Ketika Panglima Hulubalang menghantarkan sembah kehadapan raja, merekabersepakat apabila lawan sama-sama di daratan, mereka akan berperang sosohhahis-habisan hingga tetesan darah terakhir. Namun bila lawan yang akan dihadapiberada di laut dalam, maka dengan memohon ampun beribu ampun merekatidak sanggup menghadapinya.
Stelah mendengar persembahan dari para Panglima Hulubalang, BagindaSultan sangat murka dan marah yang bukan alang kepalang. Begitumarahnya, Baginda Sultan berkata,‘tidak ada gunanya aku mengikutsertakankalian dalam perjalanan ini. Ketimbang hanya memberi makan lebih baik kaliantinggal saja dulu”.
Mendengar Raja Alam murka, salah seorang di antara para PanglimaHulubalang mengangkat sembah dan berkata, “ampun Daulat dang Tuanku, kalautuanku perbolehkan biarlah hamba seorang yang melawannya”. Mendengar ucapantersebut, Sang Raja pun tertegun. Dalam benaknya, Sang Raja berpikir apakahorang ini normal, namun dalam suasana keheningan Panglima Hulubalang tersebut kembalimengulangi sembahnya agar dapat diperkenankan.
Men dengar permintaan Panglima Hulubalang tersebut, Raja Diraja punbertanya, “Apakah engkau dalam keadaan sehat?” Insya Allah hamba sehatwal’afiat, jawab Panglima Hulubalang. Merasa tidak yakin, raja kembalibertanya sinis, “Apakah engkau masih waras?Panglima Hulubalangmenjawab, “Masih tuanku”. Merasa tidak puas, Baginda Sultan kembalibertanya tentang kesanggupan Panglima Hulubalang tersebut, dan dijawab denganungkapan Insya Allah.
Baginda Sultan pun menyuruh pembantunya untuk mengumpulkan senjatasebanyak-banyaknya agar dipilih oleh Panglima Hulubalang sebagai senjatanya.Setelah diteliti dengan seksama semua senjata tersebut, Panglima Hulubalang punmengangkat sembah kepada raja dan mengatakan bahwa dari semua senjata yang ada,tidak satu pun yang akan dipakai untuk mengalahkan binatang raksasa itu. Untukkedua kalinya raja tertegun diam, mengingat senjata yang dipersiapkan itu telahsegunung, mulai dari yang panjang hingga pendek dan mulai dari yang tajamhingga yang tumpul.
Dalam situasi demikian, Pangglima Hulubalang tersebut kembali mengangkatsemhah kepada raja agar diperkenankan mencari sendiri ke mana yang ia sukai,dan permohonan itu disetujui. Dengan tidak berpikir panjang, Panglima Hulubalangtersebut berdiri dan langsung menuju bangsal (dapur tempa memasak) danmengambil sebilah sokin (pisau kecil) pengiris bumbu-bumbuan,selanjutnya mempersembahkan din kepada Baginda Sultan.
Setelah mendapat restu, Panglima Hulubalang tersebut pun mempersiapkan dirilahir dan batin. Ia kemudian mengambil ancang-ancang dan langsung terjun kedalam laut yang penu lumpur itu.
Perang diDasar Laut yang Maha Dahsyat
Habislah bilangan dari non tujuh dan tujuh malam, panglima gagahberani, tangkas, dan perkasa itu terus menjelajahi laut berlumpur tebal darilapisan pertama, kedua, ketiga, hingga sampai ke dasar laut, yaitu lapisanlumpur paling akhir. Di lapisan lumpur paling akhir itu ia menemukan binatanganeh, dan luar biasa tersebut sedang tidur pulas. Binatang tersbut dikatakananeh, ajaib, dan luar biasa karena tubuhnya berbadan satu, berkepala tujuh,berbadan besar bagaikan gunung, berbulu panjang yang keras dan tajam bagaikanlembing, matanya berkilau memecahkan anak mata, serta berkuku panjang tajambagaikan anak pedang. Lalu binatang itu pun dihampirinya dengan sangathati-hati. Setelah berdekatan, panglima gagah berani itu pun menghardik danmenghantam tanah hingga mengeluarkan bola-bola api dari mulutnya. Denganspontan binatang aneh itu terkejut dan langsung menerkam. Saat itu juga terjadilahpertarungan antara satu lawan satu yang maha dahsyat di dasar laut.
Kedua belah pihak mengeluarkan kelebihannya, saling hempas-menghempaskanserta saling lutar-melutar agar cepat memenangkan peperangan itu. Dalamsituasi tersebut, bumi terasa beroyak (bergoyang) dan gelombang lautmenjulang seolah mencapai langit. Bahtera Balai Berponing Sultan Zulkarnain punmenyapu awan muda. Konon, pada saat genting itu permaisuri raja menjatuhkan seutas(sehelai) kain perca ke dalam laut yang menjadi sejarah anak cucunya. Keadaandi dalam bahtera menjadi haru biru (kacau balau). Suara pekik dan raungan memecahkananak telinga. Terlebih lagi kononnya Sultan Zulkarnaini sedang mabuk.
Pertarungan yang dahsyat telah berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.Antara yang bertarung belum mau mengakui kehebatan lawan. Dalam kondisi yangkritis ini si panglima teringat akan senjata yang dibawanya. Lalu denganmembaca Basmallah binatang itu diserbunya dan dengan pertolongan Allah SWTia berhasil menusukkan senjatanya ke pusar binatang yang serta merta memuncratkandarah seperti air jatuh dari pancuran.
Kisah menyebutkan, dalam perjalanan tersebut, setelah binatang raksasatadi mati, bagian tubuhnya menjelma menjadi beberapa bentuk, yaitu:
- Darah yang terserak kelangit menjadi Sojo ajo
- Darah yang tidak sampai ke langit, jatuh kembali kebumi, dan tersangkut di pohon menjadi bingkek nan boamai
- Darah yang langsung jatuh ke bumi, tumbuh menjadi kayu mobau(kayu merbau) berdarah. Konon teras kayu merbau berdarah itu bisa-bisa mo ino,artinya pelangi. Oleh orang tua dulu tidak boleh ditunjuk dengan jari, biasanyabila muncul ino (pelangi) tersebut akan terjadi hujan panas di siang hari.
- Tulang yang berserakan di laut, menjadi batu karang.Sedangkan tulang yang berserakan menjadi napal terjal yang meneteskan air. Bagiorang tua dulu, air yang menetes dari napal tersebut dianggap sebagai airmaruf.
- Kotoran binatangtersebut yang tinggal di laut (air) menjadi setan bono (hantu air)berkepala tujuh. Sedangkan yang naik ke daratan menjadi hantu atau disebut jugadengan tanan sibodongong.
- Urat perutnya menjadi akar dingkek
- Buluhnya menjadi kumpai (tanaman yang tumbuh diair rawa)
- Belalainya menjadi buluh (bambu)
- Lidahnya menjadi angin topan (angin puting beliung)
- Matanya menjadi ayie luluih
- Giginya menjadi buaya kumbang
- Ekornya menjadi ularbidai (binatang air)
- Dan kepalanya menjadi gajah meno (hantu air)
Dengan demikian, tamatlah riwayat binatang laut raksasa tersebut hinggaakhir zaman. Panglima yang membunuh binatang tersebut diangkat ke dalam bahteraBa1ai Berponing dan digotong bersama-sama sambil diarak dan oleh MaharajaDiraja dipakaikan selempungmerah sebagai tanda jasa penghargaan sertadianugrahkan sebuah gelar kebesaran, yaitu Datuk Rang Kuti.
Adapun gelar kebesaran tersebut mengandung dua makna yaitu:
Kesatu : Rang Kutiartinya urang yang berjasa membunuh sikutimunu. Perlu dicatatbahwasikutimunu atau laut raksasa tersebut dinamai oleh para ahli nujumKononnya hantu laut yang disebut dengan sikutimunu pernah ada di zamanNabi Daud AS. akan menghancurkan Negeri Ruhum (Mekah). Namun karena ditantang olehNabi Daud, binatang itu menjauh dan melalang buana ke laut lepas hingga sampaidiperhentiannya pada tempat sebagaimana diuraikan di atas.
Kedua : Rang Kutidiartikan juga rangkuman. Rangkuman yang disebut merangkum ataumewakili bahtera Balai Berponing untuk menghadapi hantu laut raksasa yangdisebutsikutimunu.
Pada saat itu, suasana kegembiraan masih riuh-rendah. Sorak-sorai masihmenggebu-gebu di dalam singgasana kebesaran Maha Raja Diraja. Setiap orangmenyebut dan memuji-muji nama Datuk Rangkuti. Setiap orang menyampaikan ucapanselamat. Di antara mereka tidak ketinggalan permaisuri raja (istri Sultan Zulkarnain).Pada saat bertemu, kelihatan oleh Datuk Rangkuti bahwa permaisuri raja adalah Rajaasli lagi basoli dan keramat hidup.
Perlakuan Datuk Rangkuti tersebut merupakan suatu kesalahan atau dosaterhadap Maharaja Diraja yang berdaulat dan keramat. Sebagai akibatnyaterjadilah dua hal yang tidak dapat dielakkan Datuk Rangkuti seperti diterimaoleh anak cucu beliau secara turun temurun hingga akhir zaman. Adapun dua hal kejadianyang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pertama: Kedua telunjuk jarinya miring,masing-masing ke kiri dan ke kanan. Ini sekaligus menjadi pertanda keaslianbagi setiap orang Suku Kuti.
Kedua : Sejakdahulu hingga sekarang, di akhir zaman orang-orang Suku Kuti tidak akan pernahmenjadi kaya-raya, hanya sebatas hidup sederhana saja.
Setelah ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun berikutnya,tempat bahteraBalai Berponing Maha Raja Diraja Sultan Zulkarnain menjadi beku menjulangtinggi ke angkasa. Tanah di sekitrnya makin membesar, hingga akhirnya menjadisebuah pulang yang disebut dengan Pulau Perca. Tanah yang menjulang tersebutadalah gunung merapi pulau perca sekarang yang berubah namanya menjadi PulauSamudra, dan terakhir berubah nama menjadi Pulau Sumatera.
TerjadiKontak dan Perjanjian dengan Harimau
Pada suatuhari, nenek moyang kita (Suku Kuti) menuju tempat berusaha (berladang),tiba-tiba di tengah jalan bertemu atau melihat seekor harimau sedangmeringis-ringis kesakitan. Kemudian dengan menggunakan bahasa isyaratterjadilah dialog di antara kedua belah pihak. Demikian ini kira-kira isipercakapan tersebut.
Harimau (Hr) : Tuan, tolonglah saya!
Orang Tua(Ot) : Aku tidak bisa menolong kamu!
Hr : Tolonglah aku tuan, dan aku tidak akanmenggangu dan mencelakai tuan
Ot : Maaf saja kita berlainan bangsa dan engkaupasti akan menganiaya saya
Hr : Tidak, aku tidak akan menganiaya tuan danbersumpah demi bangsaku dan demi nenek moyangku.
Ot : Kalau begitu baiklah, aku akan menolongmuakan tetapi “isi sumpah setiamu” tolong ikrarkan padaku.
a. Tuan dan cucu tuan hingga akhir zaman, janganmenanam munsiang (sejenis logiang atau tikai yang hidup di rawa-rawa boncah ditepi sungai)
b. Jangan kawin (nikah) sesuku atau sesama SukuKuti
c. Jangan berkhianat, merusak apalagi membunubangsaku (sejenis harimau)
d. Apabila anak cucu tuan mendengar kabar bahwa diantara kaumku (harimau) mati, kalau mereka datang melihatnya hendaklah membawasecarik kain putih dan letakan di atas bagian kepalanya. Dengan demikianterciptalah atau terjadilah perjanjian persumpahan yang dikenal dengan SumpahSotie antara kedua belah pihak, namun bilamana dilalui atau dilangkahi anakcucu orang tua tadi (Suku Kuti) sumpah sotie tersebut, maka yang bersangkutanakan dicokou atau diterkam harimau.
Sebagaimana diuraikan di atas, bukan hanya Suku Kuti asal Minangkabauyang mepunyai ikatan perjanjian dengan harimau, akan tetapi juga bagi Suku atauMarga Siregar di Tapanuli Selatan. Oleh sebab itu, orang Suku Kuti yang datangke Tapanuli Selatan, maka sebagai tujuannya adalah Marga Siregar, begitu juga sebaliknya.
Selain itu, Suku atau Marga Tanjung banyak tersebar di Minangkabau danada juga terdapat di Tapanuli Selatan. Sekalipun jumlah populasinya tidaksebanyak yang di Minangkabau, namun marga ini berasal dari Suku Kuti yangberpisah dengan saudaranya. Keluarga ini berdomisili di pinggir sungai disebuah Tanjung. Tanjung pada sebuah sungai disebut liku atau likuk. Lama kelamaan,setelah keluarga kecil ini berkembang biak, sebagiannya ada yang pindah keTapanuli Selatan maka nama Kuti berubah menjadi sebutan Tanjung.
Oleh karena itu, untuk diketahui oleh anak cucu di kemudian hari, hendaknyajangan ada keraguan tentang Suku Siregar dan suku Tanjung. Dari manapun asalkedatangannya, sesunguhnyaa kedia suku (marga) tersebut adalah keluarga besarsuku.
Kejadian tersebut merupakan salah satu peristiwa yang membidani lahirnyasuku-suku di Luhak Kepenuhan, khususnya menyangkut Suku Kuti. Versi lain (versitambahan ini langsung disampaikan oleh Pucuk Kuti) dinyatakan bahwa yangmenjadi asal usul dari suku ini yaitu bahwa nenek moyang dari Suku Kuti padaasal mulanya adalah Datuk Rangkuti yang mengandung makna sebagai berikut.
· Orang yang membunuh sikutumunu atauseekor hantu laut raksasa yang berbadan satu berkepala tujuh, bertangan tujuh, berkakitujuh dan berbela Tujuh.
· Rangkuman artinya yang memiliki seluruh penghunibahtera Balai Berponing, yaitu berterah Sultan Zulkarnain. Beliau adalahsatu-satunya yang turun dari kapal ke dasar laut untuk bertarung dengan sikutumunuselama tujuh hari tujuh malam hingga hantu tersebut kalah dan tewas.
Dalam sejarah dicatat bahwa Suku Kuti ini berasal dari Sultan Zulkarnainyang menurunkan Bundo Kanduang yang menjadi raja sembahan alam Minangkabau.Keturunan Datuk Rangkuti diwarisi oleh Tuan Godang yang tinggal di NegeriBatipuh (Sumatera Barat).
Dari Negeri Batipuh ini, ada Suku Kuti yang memiliki beberapa keluargaserta kemenakan yang pindah ke negeri seberang, Johor. Sebagian lagi ada yangpindah ke Tapanuli Selatan. Di daerah tersebut mereka lebih dikenal denganRangkuti yaitu orang Kuti (Uwang Kuti). Sebagian lagi ada juga yangpindah ke Bonjol, Sumatera Barat, tepatnya di Rao. Dan daerah tersebut merekapindah ke Tambusai. Hal ini terjadi lebih kurang pada tahun 1663 M. Di Tambusaimereka dipimpin oleh tiga orang bersaudara serta masing-masing anakkemenakannya, yakni sebagai berikut.
· Sutan Mangku Alam memimpin untuk wilayah TambuEdan wafat di Tambusai. Mereka berkembang di bawah pimpinan Pucuk Suku Kuti,Datuk Paduko Majo Lelo, dan kelompok mereka disebut Kuti Anyie.
· Sultan Batuah memimpin di Negeri Rambah danberkemba dengan Pucuk Suku Kuti, Datuk Paduko Bosa.
· Pokih Maulano dan beberapa anak kemenakan turunKepenuhan dan bertempat di Negeri Pasir Limau Manis. Disini mereka berkembangdi bawah pimpinan Pucuk Suku Kuti, Datuk Majo Nando. Sedangkan Pokih Maulamelanglang buana menelusuri Sungai Tapung Kiri dan wafat di tengah perjalanan.
SusunanNinik Mamak Suku Kuti Serta Tanggung Jawabnya
Suku Kutiyang termasuk dalam wilayah Induk Tekah diangkat dan diberi gelar dandibantu oleh mato serta orang tua sebagai penasehat. Induk adalahorang yang menerima segala laporan dan urusan mato buah polikdalam memimpin anak kemenakan.
Tugas mato buah poik sebagai Ninik Mamakadalah sebagai berikut :
1. Penanggung jawab atas diri anak kemenakan dan orangsomondo tentang buruk, baik, serta hitam putih terletak di tangan Mamakanak mato.
2. Membimbing dan memberi pelajaran pada anak kemenakan, mengarahpada hukum adat dan hukum syarak agar anak kemenakan menjadi orang beradat danbersopan santun serta taat kepada orang tua dan agama.
3. Haruas tabah menghadapi segala rintangan yang timbul darianak kemenakan.
4. Bertindak secara adil dan tidak boleh menegak benangbasah, membelah buluhdengan sebelah diangkat dan harus menurut jalur hukumdan hukum syarak.
5. Bertindak menyelesaikan persoalan harus bermusyawarah dengansanak saudara, orang tua dan handai taulan kaum famili.
Adab dan SopanSantun Anak Kemenakan Suku Kuti
1. Anak kemenakan tunduk dan patuh atas segala perintahatau ajaran Ninik Mamak yang diberikan menurut jalur hukum dan adat.
2. Anak kemenakan saling membela sesama sesuku sesuaiadat, telungkup sama makan tanah telentang sama berisi air, seaib, sehinadan semalu.
3. Anak kemenakan harus meninggikan martabat diri sertasaling membahu, bergotong royong, berat sama dipikul ringan samadijinjing.
4. Anak kemenakan harus saling menghormati kaum famili danmasyarakat di lingkungannya agar terwujud rasa aman, damai dan salingpengertian.
Demikianlah isi pokok adab anak kemenakan agar setiap waktu dapatdiamalkan, diresapi, serta dihayati sehingga senantiasa dapat menjadi contohtelandan di tengah masyarakat.
SUKU AMPU
Dalam peristiwa perahu kapal kandas, Suku Ampu turun ke bawah untukmenahan perahu kapal dari tempat kandasnya agar tidak terpeleset ke tempat yanglebih berbahaya. Mereka berupaya memberikan tumpuan, atau dalam bahasadaerahnya mengampu. Mengampuartinya mencoba menahan sekaligusmengangkat kapal yang kandas. Karena pekerjaan ini amat besar sehingga merekacepat marah apabila ada sesuatu yang belum sesuai dengan apa yang dikerjakan.Sifat pemarah ini masih melekat pada Suku Ampu dan dapat dijumpai dalamkesehariannya hingga kini.
Lahirnya tujuh suku yang lebih dikenal dengan suku nan tujuh.yaitu Suku Melayu, Suku Moniliang, Suku Kandang Kopuh, Suku Pungkut, Suku Ampu,Suku Kuti, dan Suku Mais. Atas kerjasama yang mereka lakukan dan denganmasing-masing tingkah lakunya, maka perahu kapal yang kandas dapat diselamatkan.Perahu kapal yang kandas dapat berlayar kembali, yaitu menuju tanah harapan,Kepenuhan.
Mereka memulai kehidupan kesehariannya dengan kegiatan berladang,bercocok tanam, menangkap ikan, dan berburu. Komunitas ini terus berkembangsesuai dengan perkembannya sehingga dibutuhkan seorang pendamping yang dapat mewadahisuku nan tujuh, menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Pada waktu ini dipercayakan kepada Datuk Bendahara untuk memimpin mereka.Datuk Bendahara berhasil memimpin dengan baik sebagaimana yang mereka harapkan.Datuk Bendahara merupakan pemimpin yang berasal dari Suku Melayu (Lihat PasalDatuk Bendahara Sakat).
Dengan dihuninya tanah di wilayah ini, tercatat pula suatu arah tentangmunculnya nama Kepenuhan. Ketika rombongan perahu kapal sudah dapat berlabuh ketepi laut, mereka pun menginjak tanah yang belum bernama. Tugas pertama mereka adalahmembuat tempat tinggal berupa bedeng, persisnya sekarang berada di wilayahUmuik Paik (Pasir Pandak sekarang). Sebelumnya mereka sudah bertempat tinggaldi Nogoi Tingga. Pekerjaan mereka adalah mencari rotan dan damar, menanam padi,dan sebagainya.
Ketika musim panen datang atau lebih dikenal dengan ungkapan monuaipadi, seorang ibu rumah tangga yang hidup dengan suaminya tanpa anaksedang monumuk padi. Ketika sedang monumuk padi tersebut lewatlahtujuh orang pemuda bertanya tentang arah jalan yang akan mereka tempuh. Namunketujuh pemuda tersebut tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, sehinggaketujuh pemuda tersebut pun berlalu begitu saja.
Malam pun datang. Waktu itu keadaan sunyi senyap menerpa penduduksetempat. Dalam keheningan terlelaplah wanita tersebut karena capek. Dalamtidurnya ia bermimpi atas kejadian yang menimpa dirinya. Dalam mimpi tersebutada orang yang berkata kepadanya :
‘‘Padi-pagi ada anak saya lewat, yaitu tujuh orang pemuda bertanyakepadamu tentang jalan yang harus mereka tempuh. Namun kamu tidak memberi tahuke arah mana jalan yang akan mereka tempuh, sehingga mereka berlalu begitusaja. Padahal mereka ini membawa tujuh bakul emas yang apabila dijawab pertanyaannya,maka mereka akan memberikan bakul emas tersebut kepadamu”.
Kemudian sosok seseorang yang berkata dalam mimpinya berkata:
“kalau demikian, besok pagi, pergi ke hulusungai yang ada di daerah ini untuk mengambil sesuatu yang ada di tempattersebut. Suamimu juga boleh ikut. Namun masyarakat tidak diperbolehkan ikutserta dalam hal ini”.
Inilah mimpi yang menimpa sang istri petani. Dengan penuh keyakinanberangkatlah keduanya ke tempat yang telah ditentukan sesuai dengan petunjukmimpi. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat sebuah taka besarterletak di hulu sungai. Karena taka itu terlalu besar, maka sang suamimembuat tangga untuk melihat apa yang terkandung di dalamnya.
Isi taka tersebut ternyata adalah emas dan berlian yang takternilai harganya. Dengan wajah berseri dan gembira yang mendalam, tanpadisengaja sepasang suami istri tersebut memberitakan hasil temuan mereka kepadamasyarakat. Setelah pasangan suami istri itu memberitahukan tentang takabeserta isinya, dengan seketika masyarakat pun berduyun-duyun pergi untukmenyaksikan serta mengambil emas dan berlian hasil temuan dari suami istritersebut. Namun alangkah kecewanya mereka, karena sesampainya di mana takaitu berada, mereka hanya menemukan bekasnya di aliran sungai, bukan menemukanemas dan intan yang mereka inginkan.
Inti dari peristiwa ini adalah tertumpahnya isi taka berup emasdan intan permata ke aliran sungai. Dengan demikian selanjutnya masyarakatsetempat mengambil suatu kesimpul bahwa karena kepenuhan lah mengapa isi takatersebut tertumpah di aliran sungai. Inilah penyebab dinamakannya daerah tersebutdengan nama Kepenuhan. Bukti dari benar terjadinya peristi ini adalah adanyaaliran sungai yang bernama Sungai Emas tepatnya di Desa Kepenuhan Barat, kira-kiratiga kilometer dari pusat kota kecamatannya.
3. PERKEMBANGAN SUKU DI LUHAK KEPENUHAN
Berbagai suku yang ada di Luhak Kepenuhan ada 10 suku atau disebut dengansuku nan sepuluh. Adapun suku nan sepuluh tersebut adalah sebagaiberikut.
- Suku Bangsawan dengan Pucuk Suku Datuk Yang Dipertuan Muda.
- Suku Anak Raja-raja dengan Pucuk Suku Datuk Ibrahim.
- Suku Nan Seratus dengan Pucuk Suku Datuk Nindo
- Suku Melayu dengan Pucuk Suku Datuk Bendahara Sakti
- Suku Moniliang dengan Pucuk Suku Datuk Rang Kayo Maha Rajo
- Suku Pungkuik dengan Pucuk Suku Datuk Paduko Jolelo.
- Suku Kandang Kopuh dengan Pucuk Suku Datuk Bijianso.
- Suku Mais dengan Pucuk Suku Datuk Tumenggung.
- Suku Kuti dengan Pucuk Suku Datuk Majo Nando.
- Suku Ampu dengan Pucuk Suku Datuk Paduko Bosa.
Pada awalnya suku yang ada di Luhak Kepenuhan ada tujuh yang lebihdikenal dengan sebutan suku nan tujuh, yakni sebagai berikut :
- Suku Melayu
- Suku Moniliang
- Suku Pungkuik
- Suku Kandang Kopuh
- Suku Mais
- Suku Kuti
- Suku Ampu
Masuknya tiga suku terakhir, yaitu Suku Bangsawan, Suku Raa-raja, danSuku Nan Saratus merupakan atas kesepakatan Musyawarah Besar (Mubes) Adat padatahun 1968. yang menjadi alasan masuknya Suku Tiga Piak tersebut kedalam suku di luhak Kepenuhan sehingga disebut suku nan sepuluh, kareanbeberapa alasan, yakni sebagai berikut.
- Indonesia sudah merdeka.
- System kerajaan di wilayah Luhak Kepenuhan sudah dihapus dan diganti dengan Sistem Demokrasi.
- Suku ini memberikan partisipasi sebelum kemerdekaan, bahkan keberadaan mereka juga merupakan posisi yang tinggi dalam system pemerintahan pada waktu itu.
Di dalam suku nan sepuluh, menurut Adat Luhak Kepenuhan dapatdibagi menjadi dua, yaitu pertama yang disebut dengan Ompek Bosa di Balai keduaadalah yang termasuk dalam Suku Tiga Piak. Adapun yang tergolong dalam OmpekBosa di Balai adalah sebagai berikut.
- Suku Melayu
- Suku Moniliang
- Suku Pungkuik
- Suku Kandang Kopuh
Sedangkan suku yang termasuk dalam Tigo Piak adalah sebagaiberikut.
1. Suku Bangsawan
2. Suku Anak Raja-raja
3. Suku Nan Saratus
4. SEMBOYANBERBAGAI SUKU DI LUHAK KEPENUHAN
Makna kata “semboyan” pada konteks ini diartikan sebagai jati diri atauidentitas yang melekat pada suku yang bersangkutan. Sejarah telah menggoreskanmengapa semboyan tersebut bias melekat pada Suku Nan Tujuh. Berdasarkancerita para orang tua atau masyarakat kepenuhan dengan cerdik pandainya, darisepuluh suku yang ada, dipastikan hanya tujuh suku diantaranya yang dapat dipaparkan.
Suku yang tujuh tersebut adalah Suku Melayu, Suku Moniliang, Sukupungkuik, Suku Kandang Kopuh, Suku Mais, Suku Kuti, dan Suku Ampu. Sedangkanuntuk suku yang Tiga Piak yaitu Suku Bangsawan, Suku Anak Raja-raja, danSuku Nan Seratus, belum memiliki semboyan sebagai tanda dan jati diri yang merekamiliki. Namun demikian, masyarakat Kepenuhan tahu dengan sendirinya akanidentitas lain yang melekat pada Suku Tiga Piakini, yaitu SukuBangsawan dan keturunan raja, Suku Anak Raja-raja dan kaum atau dari pejabatkerajaan atau dalam masyarakat Kepenuhan dikenal dengan sebutan Punggawa Kerajaan.Sedangkan Suku Nan Seratus adalah pesuruh raja atau dapat juga dikatakansebagai pembantu raja.
Ugkapan kata semboyan yang dimaksud di sini juga mengandung pengertiansifat yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota suku tersebut. Dalam kenyataankehidupan keseharian, kita dapat membedakan asal suku mereka atau membedakansuku berdasarkan semboyan atau tingkah laku dalam pergaulannya. Inilah hebatnyaidentitas yang melekat pada berbagai suku tersebut. Lebih jelasnya bagaimanabunyi semboyan tersebut maka dapat disimak berbagai paparan di bawah ini.
SukuMelayau
ContiangMelayu
Contiang adalah bahasa Kepenuhan, dan dalam bahasa Indonesi dapatdiartikan sebagai orang yang memiliki sifat netral ketika menghadapi segalapermasalahan kehidupan. Arti lain yang dimilikinya adalah orang yang mempunyaikepintaran, kecerdasan, namun tidak menunjukkan kesombongan atas apa yang menjadikelebihannya. Karena memiliki berbagai sifat ini, Maka Suku Melayu dipercayakanoleh suku nan sepuluh untuk memimpin Kerapatan Adat Luhak Kepenuhan.
SukuMoniliang
GodangKato Uwang Moniliang
Sifat yang melekat pada suku ini dari semboyannya adalah mereka selalumerasa tinggi, hebat, mampu, dari segala sifat yang membuat mereka menjadipercaya diri berhadapan dengan siapa pun. Dalam kenyataannya semua sifattersebut hanya lengket pada kulitnya saja, namun kemampuan mereka ini membuatmereka menjadi orang yang disegani oleh suku yang lain. Godang katolebih diartikan pada segala ungkapan atau perbuatan ini (sifat). Mereka padadasarnya tidak memiliki kemampuan namun mereka tetap menyanggupi dari segalaapa yang menjadi perbuatan atau tindak tanduk mereka. Semoga. Dalam bahasaKepenuhan akan dapat didengarkan yaitu “....mmmhh, godang kato bang ko”.Ungkapan tersebut terucap karena melihat sifat tingkah laku mereka.
SukuPungkuik
DukungTobalik Anak Uwang Pungkuik, Dek Nak Copek Anak Tingga
Sifat yang melekat pada suku ini adalah mereka memiliki banyak aktivitasdalam kerapatan adat dan selalu memperhatikan kepentingan orang banyak, sepertibersifat menolong, membantu atau sebagainya. Namun sayang, karena terlalu asyikmelakukan suatu aktivitas, terkadang mereka nyaris lupa akan tanggun jawabnyasebagai kepala keluarga atas anak dan kemenaka mereka.
SukuKandang Kopuh
BaikBudi Uwang Kanang Kopuh
“Makcik! Silih lu boreh socupak, bisuk kami ganti, Makcik..! jee nak lai kami punyo boreh do nak,aa umah Atuk itu lai.,.! Artinya. “Makcik! Pinjamkan kami beras satu cupak(1½ Liter), besok kami kembalikan, Makcik...! kami tak punya beras nak, tapi dirumah Datuk itu ada...!” jawab orang Suku Kandang Kopuh
Dialog di atas adalah sebagai contoh dalam kehidupan keseharian dalamSuku Kandang Kopuh, yaitu mereka melakuan sesuatu seolah-olah orang lain yangberbuat baik, tapi sebenarnya mereka lah yang berbuat baik kepada orang lain. Merekaini selalu memberikan jalan keluar yang sangat memuaskan apabila ada seseorangmemerlukan bantuannya. Mereka akan menunjukkan jalan keluar dari persoalan yangdihadapi orang yang meminta bantuan tersebut sesuai dengan keinginan yangmeminta bantuan.
Suku Mais
Sayangdianak Bak Uwang Maih
Alkisah ayahnya suku mais dan ibunya suku melayu. Anaknya dikenal cerdas,arif dan bijaksana, melihat anaknya seperti itu sang ayah memenuhi segalasesuatu yang menjadi keinginan anaknya. Pada suatu ketika sianak ini akandiangkat menjadi datuk Bendara Sakti, namun dalam pengangkatan tersebut kurangsyaratnya yaitu tanjak untuk penutup kepalanya belum disiapkan, maka dengan bijaksiayah karena sayang pada anaknya lalu bendera tunggul adatnya dipotong untukdijadikan tanjak penutup kepala anaknya. Oleh karena itulah makanya benderatunggul suku mais ini lebih pendek dari tunggul suku lainnya
Menurt cerita dan tradisi sampai sekarang apabila perkawinan antara sukumais dengan melayu banyak yang serasi dan langgeng keluarganya.
Kikik Kodek Uwang Mais Monyama Sodang Makan
Kikik kodek dapat diartikan sifat yang kurang baik diluhak Kepenuhan,artian dalam bahasa Indonesianya kikir atau pelit. Pada dasarnya kikik disinimerupakan sifat yang sangat tinggi sekali perhitungannya, mereka tidak mausembarangan memberikan sesuatu kepada orang lain bahkan cenderung menghindarbila dimintai pertolongan/bantuan.
Monyama sodang makan merupakan konotasi bahwa orang mais sangat tinggisekali perhitungannya untuk makanpu mereka bekerja sambil makan baru membuatlauk-pauk yang akan dimakan, ini menunjukkan mereka tidak mau semuarya sia-siaatau terbuang begitu saja, jadi biarlah sedang maka membuat sambal guna tauberapa jumlah yang akan dihabiskan.
Suku Ampu
LongkokDolok Anak Ampu Nasi Masak Panggilan pulang
Pada umumnya sifat yang paling menonjol dari Suku Ampuh adalah orangnyacepat naik pitam (cepat marah) dalam menghadapi apa pun yang menjadipekerjaannya. Gaya bicaranyapun menampakkan sifat ini. Meskipun memiliki maksudyang baik kepada lawan bicaranya, tapi gaya bicaranya tetap lantang keras.Suatu waktu bahkan sempat mengakibatkan bentrok fisik. Sifat kedua yangdimiliki suku ini adalah bahasa sindiran yang mampu membuat seseorang atausiapapun ikut dengan yang disampaikannya.
Sebagai contoh dapat dicermati ungkapan ketika mereka akan makan bersamakeluarganya dan bersamaan pada waktu itu ada tamu yang berkunjung ke rumahnya.“Assalamu’alaikum”ucap tamu yang datang. “Wa’alaikum salam”, balas anggota keluarga itu.Sebelum tamu itu sampai ke dalam rumah, mereka pun berucap kepada sang tamu,“Naksaya dengar ibumu memanggil agar kamu pulang secepatnya. Coba dengarkan itu!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar