Minggu, 11 Agustus 2024

KHUTBAH HARI RAYA IDUL FITRI

Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar Walillahi Ilham
Ketika fajar  menyingsing pada dini hari idul Fitri, kita mendengar bukan hanya gemuruh suara Takbir, yang membesarkan allah, jauh dalam lubuk hati,  kita mendengar gemuruh perasaan yang mengharu,  gemuruh suara kepedihan dan kegembiraan , gemuruh tangis dan tawa.
Kita menangis karena mengenang ramadhan yang tiba-tiba meninggalkan kita pada ujung kesempurnaan bilangannya, kita tertawa karena tiba pada hari ini bersyukur yang mengantarkan kita pada curahan hujan kasih sayang allah yang tidak ada batasnya, tidak ada hingganya dan tidak ada henti-hentinya.
Baru saja kita mininggalkan rumah kita dengan iringan takbir, baru saja kita melanjutkan takbir di tempat ini, baru saja kita bersama-sama mengangkat tangan berulang kali mengucapkan Allahu Akbar, baru saja kita meratakan dahi kita diatas sajadah sambil mengumumkan subhana Rabbiyal ‘ala Wabihamdih, sekarang kita duduk bersimpuh di halaman kebesaran Allah SWT.
Hari ini ramadhan telah berlalu meninggalkan kita, bulan suci, bulan yang penuh rahmat dan magfiro, bulan pengampunan, apakah kita sedih dan menangis atau bahkan senang tidak berpuasa lagi…?
Pernahkah kita berpikir bila tahun depan kita tidak bisa ikut berpuasa lagi..?? tidak ada yang dapat menjamin hidup kita sampai dimana… atau mungkin setelah shalat ID ini kita akan mati..??
Hari ini kita bersuka ria namun adakah suka ria kita sedang mensyukuri kemenangan atas setan dan melawan hawa nafsu…?
Dan apakah tahun depan kita bisa berpuasa lagi… dan sholat ID bersama lagi seperti hari ini ataukah kita sudah di dalam kubur dan hanya menggunakan kain kafan atau bahkan kita sudah busuk dimakan cacingg Tanah.
Ya allah pada hari ini kami lihat di sekliling saf-saf sholat kami yang mana tahun kemaren mereka masih ada bersama kami, dan sekarang mereka sudah tidak ada lagi bersama kami mereka telah mendahului kami pergi menghadapmu, ya allah ya robb hamba memohon agar kiranya kami bisa melaksanakan puasa ramadhan tahun depan karna hanya kepadamulah kami bermohon.
Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar Walillahi Ilham
Ibadah puasa yang baru saja selesai kita laksanakan diakhiri dengan mengeluarkan zakat fitrah sebagai pensuci diri yang dibayarkan sebelum shalat Idul fitri dan dibagikan kepada fuqora’ wal masakin sesuai dengan bimbingan Rasullullah SAW.
Puasa yang kita laksanakan sebulan penuh merupakan latihan dari allah SWT untuk melatih diri agar menahan lapar, melatih diri merasakan perih dan pedihnya perut yang tidak terisi dengan makanan. Melatih diri untuk merasakan hausnya kerongkongan dan tengkorokan yang kekeringan dan mendambakan basahan air minum, 
Agar kita kaum muslimin dapat merasakan betapa sengsara dan beratnya penderitaan yang dialami oleh anak-anak yatim dan fakir miskin, yang diwaktu pagi kadang mereka makan dan sore hari tidak.
Akankah kita dapat merasakan nikmatnya bahagia bila disaat-saat kita semua bergembira ria jlau disamping kita ada orang yang menangis tersedu-sedu…?? Pada hal mereka sedang menangis memikirkan dan merasakan kehampaan hidup karna tidak punya apa-apa kecuali nyawa berbungkus kulit.
Akan sirnalah semua kebahagian pada hari ini, jika masih ada di sekeliling kita orang yang dengan nasib dan takdir yang ada padanya masih menengadahkan tangan mengharap sesuap nasi untuk dimakan atau karena melihat anak-anak orang lain bergembira yang berpakaian baru pembelian ayahnya, sepatu baru hadiah dari pamannya… alangkah malang nasip badan
Pada hal sebenarnya mereka hanya tidak memiliki kesempatan, belum berkemampuan untuk menggantinya walau hanya sepotong, karna tidak ada sumber pendapatan dan tidak ada yang mau berbelas kasihan.
Pada hari bahagia ini anak-anak yatim disekeliling kita akan terngiang dan teringat masa lalunya ketika orang tuanya masih hidup melindunginya, lalu pada hari raya ini kepada siapakah mereka harus memanggil ayah dan kepada siapakah mereka harus memamnggil ibu, ataukah mereka kita biarkan menangis diatas batu nisan orang tuanya…?? Tidak wahai saudara-saudaraku.. ini adalah tanggung jawab kita semua.
Dalam sebuah kisah di ceritakan bahwa pada suasana lebaran seperti kita rasakan pada hari ini di pagi hari rasulullah SAW keluar menuju tempat sholat idul fitri beliau melihat seorang bocah termenung menyendiri dengan tatapan mata menerawang, dan disampingnya ada teman sebayanya yang bergembira ria yang berpakain bari pembelian ayahnya sepatu baru hadiah pamannya dan ditangan temannya ada makanan enak masakan ibunya. 
Dari jauh si bocah hanya bisa melihat sambil menikmatinya dangan bermenung alangkah indahnya kegembiraan teman sebayanya ditemani gelak dan tawa penuh bahagia, dilihat diri jauh berbeda dikala itu terasa badan jauh tersisih kemana ayah tempat meminta dan kemana ibu tempat mengadu.
Dalam situasi seperti ini rasullullah SAW lewat menghampiri, meletakkan kedua telapak tangan beliau dikepala sibocah sambil bertanya kenapa dikau wahai anak…?? Teman-temanmu gelak ketawa dikau merana sedih menangis gerangan apakah yang menyuitkan…?
Dengan nada tersendat kerongkongan tersumbat menahan perasaan kekanakan sibocah lugu menjawab wahai rasullullah bagai mana diri tidak akan sedih, melihat teman bergembira ria, pulang kerumah ada sanak saudara, lelah bermain ada ibu menghibur, duka di hati ada ayah yang menyahuti, sedangkan diriku wahai rasullullah terasa nian malangnya hidup ini tiada ibu tempat mengadu, ayah pun sudahlah pergi badan tinggal sebatang kara, yatim piatu aku kini….
Mendengar rintihan si anak yatim tersebut yang mengharap belas kasih, dengan tulus seketika rasullullah berkata maukah engkau wahai anak jika rumah rasullullah menjadi rumahmu, ummul mukminin menjadi ibumu…?
Jawaban spontan nabi menjadikan wajah si bocah berseri-seri walau yang didengan baru ajakan tetapi harapan hidup sudah terbuka, ada pelindung pengganti bunda walau ibu dan ayah sudah tiada serta merta nabi memangku sibocah mencium kedua pipi sianak yang sudah lama tidak pernah dirasakannya. Sirnalah air mata yang tadinya terurai lantaran sedih dan hampa berganti air mata gembira lantaran bahagia.
Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar Walillahi Ilham
Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit marilah kita kosongkan pikiran kita sejenak marilah kita ingat orang-orang yang kita cintai dalam hidup ini kenangah ayah ibu kita, kakek dan nenek kita, suami istri, kakak adik, anak-anak tetangga, kekasih, teman atau siapa pun mereka yang pada hari ini tidak berada bersama kita.
Kapankah kita bersama ayah dan ibu kita seperti pada lebaran-lebaran yang lalu, memeluk dan menyambut uluran tangan kita dengan kasih sayangnya..? kapankah kita bersama lagi dengan kakek dan nenek, yang pada lebaran-lebaran lalu masih mencium kitakapan kita bisa bersama kakak dan adik kita yang pada lebaran-lebaran lalu barbagi gelak tertawa bahagia bersama kita..? kemanakah tetangga kekasih sahabat yang pada lebaran lalu masih sempat menyalami kita mengucapkan selamat hari raya idul fitri.?
Kalau kita perhatikan betapa banyak saudara-saudara kita yang pada tahun lalu duduk bersimpuh di tempat yang mulia ini bersama kita, kini sudah tiada mereka meninggalkan suami atau istri tercinta, meninggalkan anak-anak mereka yang hidup menjadi yatim, yang sungguh pada hari ini mereka tidak dapat lagi menikmati keindahan berkumpul bersama keluarga seperti pada tahun-tahun lalu karena beliau telah kembali kepada robbul izzati.
Didalam sebuah riwayat dikatakan sesungguhnya setiap malam arwah orang mukmin dating kelangit dan berdiri tepat diatas rumah mereka, mereka berseru dengan suara sedu:Wahai istriku,, keluargaku, anak-anakku, wahai orang-orang yang menempati rumahk, memakai pakaianku, dan membagi harta warisank, adakah salah satu dari kalian yang mengingat kami dan memikirkan kami dalam pengembaraan ini. Kami terkurung lama dalam penjara dan benteng yang kokoh ini. Kasihanilah kami maka allah akan mengasihani kalian, jangan kalian pelit pada kami sebelum nanti kalian menjadi seperti kami, wahai hamba-hamba allah sesungguhnya anugerah (harta) yang kalian meliki sebelumnya adalah milik kami, dulu kami tidak menggunakannya dijalan allah dan kini kami yang bertanggung jawab dan menerima balasannya sedangkan kalianlah yang menikmati harta itu, jika mereka (para arwah) kembali tanpa membawa sesuatu (doa) apapun, mereka kembali dengan penyesalan tanpa mendapat apa-apa.
 Juga disebutkan didalam kitab irsyadul ‘ibaad, seseorang bermimpi didalam tidurnya melihat ahli kubur keluar dari liang kuburnya. Mereka memungut sesuatu, namun ia tidak mengerti apa yang mereka pungut ia juga terheran-heran karena salah satu dari ahli kubur hanya duduk dan tidak ikut memungut.
Lalu ia mendekati dan bertanya, “apa sesungguhnya yang mereka pungut..? si ahli kubur itu menjawab mereka memungut hadiah yang diberikan orang-orang muslim yang masih hidup berupa bacaan al-quran, sedekah, dan doa-doa. “ orang itu bertanya lagi mengapa anda tidak ikut memungut..? si ahli kubur menjawab aku sudah merasa cukup karena aku sudah dikirimi anak-anakku setiap hari dengan bacaan al-quran saat ini anakku menjual kue di pasar.”
Ketika terjaga orang yang bermimpi itu bergegas kepasar ia menemui dan menanyakan apa yang dilakukan si pemuda yang disebut si ahi kubur didalam mimpinya, “aku membaca al-quran ketika berziarah kubur, dan aku hadiahkan buat orang tuaku jawab pemuda tersebut.
Kisah tersebut mengandung hikmah bahwa orang yang diharapkan si mati tentunya berasal dari orang yang paling dekat, yakni anaknya, ini menjadi bentuk bakti si anak kepada orang tua ketika orang tua sudah meninggal dunia.
Jika selama ini kita merasa kurang berhkidmat kepada orang tua, jika selama ini kita mengabaikan mereka jika selama ini kita sering menyakiti hati mereka, segeralah dating kepada keduanya, bersimpuhlah dikaki mereka cium Tangan mereka, dan junjung tangan mereka yang pernah menimang kita, mintakan maaf atas kurangnya khidmat kepada mereka.
Jika diantara keduanya sudah meninggal dunia kirimkan doa yang tulus kepada mereka, antarkan doa itu dengan amal shalih dan hadiahkan amal salih itu untuk mereka. Ziarahilah kuburan mereka selama kita bisa lalu bertaubatlah kepada allah. Mohonkan rahmatnya agar allah tidak munurunkan azabnya kepada kita. Mohonkan kepada allah agar mengasihi kedua orang tua kita sebagaimana mereka mengasihi kita diwaktu kecil.
Ya allah hari ini mereka tidak dapat berlebaran bersama kami, tiadak bisa kami ulurkan tangan kami untuk meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kami kepada mereka. Tidak bisa kami berkumpul bersama mereka karena kami sedang berada di perantauan. Tetapi kami mohon ya allah masukkanlah rasa bahagia kepada mereka, jika diantara mereka telah mendahului kami harumkanlah kuburan mereka, dengan wewangian doa-doa kami sampaikanlah salam kami yang tulus kepada mereka ringankanlah beban mereka di alam kubur.
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar walillahi ilham
Setelah shalat ID nanti, marilah kita saling memaaf-maafan, saling ikhlas mengikhlaskan, saling doa mendoakan, renungkanlah perbuatan kita selama ini renungkanlah orang-orang yang pernah kita zalimi kenanglah bahwa suatu saat nanti akan berbaring dibawah tanah berbungkus dengan kain kafan, tergoleh seperti seonggok tubuh yangb tak berguna dan terlupakan. Kenanglah pada saat itu nanti semua kebanggaan, kesombongan, kesalahan dan dosa yang kita lakukan akan menambah penyesalan.
Saya menghimbau diri saya sendiri dan kita semua yang hadir pada sholat ID ini, untuk mengingat kembali akan kematian, dengan selalu meninggalkan apa yang telah menjadi larangan allah dan melaksanakan apa yang diperintahkan allah kepada kita, serta dengan selalu berbuat manfaat buat diri kita, keluarga kita, dan hamba-hamba allah lainnya amiin ya robbal ‘alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar