Sabtu, 08 Maret 2025

CARA MENGAMALKAN SURAT AL-WAQIAH 40 HARI

 

CARA MENGAMALKAN SURAT AL-WAQIAH 40 HARI

1.      1. MEMBACA ISTIGFAR 33 X

2     2. MEMBACA ILAAHADROTIN NABI MUHAMMAD SAW

3.      3. MEMBACA SURAT AL-WAQIAH SAMPAI AYAT 74    فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِࣖ

-          YA ALLAH YA GHONIYYU 33 X

-          YA ALLAH YA MUGHNI 33 X

-          BERDOA

-          YA ALLAH BERIKANLAH KEPADAKU DAN KELUARGAKU REZKI YANG BERLIMPAH RUAH SUPAYA BISA AKU GUNAKAN UNTUK BERIBADAH KEPADAMU.

4.      4. MEMBACA SURAT ALWAQIAH SAMPAI AKHIR

- YA ALLAH YA ROZAK 33 X

- BERDOA

- YA ALLAH BERIKANLAH KEPADAKU DAN KELUARGAKU REZKI YANG BERLIMPAH RUAH SUPAYA BISA AKU GUNAKAN UNTUK BERIBADAH KEPADAMU.

DAN DITAMBAH DOA SETELAH SHALAT LAINNYA

 

Minggu, 11 Agustus 2024

KHUTBAH HARI RAYA IDUL FITRI

Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar Walillahi Ilham
Ketika fajar  menyingsing pada dini hari idul Fitri, kita mendengar bukan hanya gemuruh suara Takbir, yang membesarkan allah, jauh dalam lubuk hati,  kita mendengar gemuruh perasaan yang mengharu,  gemuruh suara kepedihan dan kegembiraan , gemuruh tangis dan tawa.
Kita menangis karena mengenang ramadhan yang tiba-tiba meninggalkan kita pada ujung kesempurnaan bilangannya, kita tertawa karena tiba pada hari ini bersyukur yang mengantarkan kita pada curahan hujan kasih sayang allah yang tidak ada batasnya, tidak ada hingganya dan tidak ada henti-hentinya.
Baru saja kita mininggalkan rumah kita dengan iringan takbir, baru saja kita melanjutkan takbir di tempat ini, baru saja kita bersama-sama mengangkat tangan berulang kali mengucapkan Allahu Akbar, baru saja kita meratakan dahi kita diatas sajadah sambil mengumumkan subhana Rabbiyal ‘ala Wabihamdih, sekarang kita duduk bersimpuh di halaman kebesaran Allah SWT.
Hari ini ramadhan telah berlalu meninggalkan kita, bulan suci, bulan yang penuh rahmat dan magfiro, bulan pengampunan, apakah kita sedih dan menangis atau bahkan senang tidak berpuasa lagi…?
Pernahkah kita berpikir bila tahun depan kita tidak bisa ikut berpuasa lagi..?? tidak ada yang dapat menjamin hidup kita sampai dimana… atau mungkin setelah shalat ID ini kita akan mati..??
Hari ini kita bersuka ria namun adakah suka ria kita sedang mensyukuri kemenangan atas setan dan melawan hawa nafsu…?
Dan apakah tahun depan kita bisa berpuasa lagi… dan sholat ID bersama lagi seperti hari ini ataukah kita sudah di dalam kubur dan hanya menggunakan kain kafan atau bahkan kita sudah busuk dimakan cacingg Tanah.
Ya allah pada hari ini kami lihat di sekliling saf-saf sholat kami yang mana tahun kemaren mereka masih ada bersama kami, dan sekarang mereka sudah tidak ada lagi bersama kami mereka telah mendahului kami pergi menghadapmu, ya allah ya robb hamba memohon agar kiranya kami bisa melaksanakan puasa ramadhan tahun depan karna hanya kepadamulah kami bermohon.
Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar Walillahi Ilham
Ibadah puasa yang baru saja selesai kita laksanakan diakhiri dengan mengeluarkan zakat fitrah sebagai pensuci diri yang dibayarkan sebelum shalat Idul fitri dan dibagikan kepada fuqora’ wal masakin sesuai dengan bimbingan Rasullullah SAW.
Puasa yang kita laksanakan sebulan penuh merupakan latihan dari allah SWT untuk melatih diri agar menahan lapar, melatih diri merasakan perih dan pedihnya perut yang tidak terisi dengan makanan. Melatih diri untuk merasakan hausnya kerongkongan dan tengkorokan yang kekeringan dan mendambakan basahan air minum, 
Agar kita kaum muslimin dapat merasakan betapa sengsara dan beratnya penderitaan yang dialami oleh anak-anak yatim dan fakir miskin, yang diwaktu pagi kadang mereka makan dan sore hari tidak.
Akankah kita dapat merasakan nikmatnya bahagia bila disaat-saat kita semua bergembira ria jlau disamping kita ada orang yang menangis tersedu-sedu…?? Pada hal mereka sedang menangis memikirkan dan merasakan kehampaan hidup karna tidak punya apa-apa kecuali nyawa berbungkus kulit.
Akan sirnalah semua kebahagian pada hari ini, jika masih ada di sekeliling kita orang yang dengan nasib dan takdir yang ada padanya masih menengadahkan tangan mengharap sesuap nasi untuk dimakan atau karena melihat anak-anak orang lain bergembira yang berpakaian baru pembelian ayahnya, sepatu baru hadiah dari pamannya… alangkah malang nasip badan
Pada hal sebenarnya mereka hanya tidak memiliki kesempatan, belum berkemampuan untuk menggantinya walau hanya sepotong, karna tidak ada sumber pendapatan dan tidak ada yang mau berbelas kasihan.
Pada hari bahagia ini anak-anak yatim disekeliling kita akan terngiang dan teringat masa lalunya ketika orang tuanya masih hidup melindunginya, lalu pada hari raya ini kepada siapakah mereka harus memanggil ayah dan kepada siapakah mereka harus memamnggil ibu, ataukah mereka kita biarkan menangis diatas batu nisan orang tuanya…?? Tidak wahai saudara-saudaraku.. ini adalah tanggung jawab kita semua.
Dalam sebuah kisah di ceritakan bahwa pada suasana lebaran seperti kita rasakan pada hari ini di pagi hari rasulullah SAW keluar menuju tempat sholat idul fitri beliau melihat seorang bocah termenung menyendiri dengan tatapan mata menerawang, dan disampingnya ada teman sebayanya yang bergembira ria yang berpakain bari pembelian ayahnya sepatu baru hadiah pamannya dan ditangan temannya ada makanan enak masakan ibunya. 
Dari jauh si bocah hanya bisa melihat sambil menikmatinya dangan bermenung alangkah indahnya kegembiraan teman sebayanya ditemani gelak dan tawa penuh bahagia, dilihat diri jauh berbeda dikala itu terasa badan jauh tersisih kemana ayah tempat meminta dan kemana ibu tempat mengadu.
Dalam situasi seperti ini rasullullah SAW lewat menghampiri, meletakkan kedua telapak tangan beliau dikepala sibocah sambil bertanya kenapa dikau wahai anak…?? Teman-temanmu gelak ketawa dikau merana sedih menangis gerangan apakah yang menyuitkan…?
Dengan nada tersendat kerongkongan tersumbat menahan perasaan kekanakan sibocah lugu menjawab wahai rasullullah bagai mana diri tidak akan sedih, melihat teman bergembira ria, pulang kerumah ada sanak saudara, lelah bermain ada ibu menghibur, duka di hati ada ayah yang menyahuti, sedangkan diriku wahai rasullullah terasa nian malangnya hidup ini tiada ibu tempat mengadu, ayah pun sudahlah pergi badan tinggal sebatang kara, yatim piatu aku kini….
Mendengar rintihan si anak yatim tersebut yang mengharap belas kasih, dengan tulus seketika rasullullah berkata maukah engkau wahai anak jika rumah rasullullah menjadi rumahmu, ummul mukminin menjadi ibumu…?
Jawaban spontan nabi menjadikan wajah si bocah berseri-seri walau yang didengan baru ajakan tetapi harapan hidup sudah terbuka, ada pelindung pengganti bunda walau ibu dan ayah sudah tiada serta merta nabi memangku sibocah mencium kedua pipi sianak yang sudah lama tidak pernah dirasakannya. Sirnalah air mata yang tadinya terurai lantaran sedih dan hampa berganti air mata gembira lantaran bahagia.
Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar Walillahi Ilham
Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit marilah kita kosongkan pikiran kita sejenak marilah kita ingat orang-orang yang kita cintai dalam hidup ini kenangah ayah ibu kita, kakek dan nenek kita, suami istri, kakak adik, anak-anak tetangga, kekasih, teman atau siapa pun mereka yang pada hari ini tidak berada bersama kita.
Kapankah kita bersama ayah dan ibu kita seperti pada lebaran-lebaran yang lalu, memeluk dan menyambut uluran tangan kita dengan kasih sayangnya..? kapankah kita bersama lagi dengan kakek dan nenek, yang pada lebaran-lebaran lalu masih mencium kitakapan kita bisa bersama kakak dan adik kita yang pada lebaran-lebaran lalu barbagi gelak tertawa bahagia bersama kita..? kemanakah tetangga kekasih sahabat yang pada lebaran lalu masih sempat menyalami kita mengucapkan selamat hari raya idul fitri.?
Kalau kita perhatikan betapa banyak saudara-saudara kita yang pada tahun lalu duduk bersimpuh di tempat yang mulia ini bersama kita, kini sudah tiada mereka meninggalkan suami atau istri tercinta, meninggalkan anak-anak mereka yang hidup menjadi yatim, yang sungguh pada hari ini mereka tidak dapat lagi menikmati keindahan berkumpul bersama keluarga seperti pada tahun-tahun lalu karena beliau telah kembali kepada robbul izzati.
Didalam sebuah riwayat dikatakan sesungguhnya setiap malam arwah orang mukmin dating kelangit dan berdiri tepat diatas rumah mereka, mereka berseru dengan suara sedu:Wahai istriku,, keluargaku, anak-anakku, wahai orang-orang yang menempati rumahk, memakai pakaianku, dan membagi harta warisank, adakah salah satu dari kalian yang mengingat kami dan memikirkan kami dalam pengembaraan ini. Kami terkurung lama dalam penjara dan benteng yang kokoh ini. Kasihanilah kami maka allah akan mengasihani kalian, jangan kalian pelit pada kami sebelum nanti kalian menjadi seperti kami, wahai hamba-hamba allah sesungguhnya anugerah (harta) yang kalian meliki sebelumnya adalah milik kami, dulu kami tidak menggunakannya dijalan allah dan kini kami yang bertanggung jawab dan menerima balasannya sedangkan kalianlah yang menikmati harta itu, jika mereka (para arwah) kembali tanpa membawa sesuatu (doa) apapun, mereka kembali dengan penyesalan tanpa mendapat apa-apa.
 Juga disebutkan didalam kitab irsyadul ‘ibaad, seseorang bermimpi didalam tidurnya melihat ahli kubur keluar dari liang kuburnya. Mereka memungut sesuatu, namun ia tidak mengerti apa yang mereka pungut ia juga terheran-heran karena salah satu dari ahli kubur hanya duduk dan tidak ikut memungut.
Lalu ia mendekati dan bertanya, “apa sesungguhnya yang mereka pungut..? si ahli kubur itu menjawab mereka memungut hadiah yang diberikan orang-orang muslim yang masih hidup berupa bacaan al-quran, sedekah, dan doa-doa. “ orang itu bertanya lagi mengapa anda tidak ikut memungut..? si ahli kubur menjawab aku sudah merasa cukup karena aku sudah dikirimi anak-anakku setiap hari dengan bacaan al-quran saat ini anakku menjual kue di pasar.”
Ketika terjaga orang yang bermimpi itu bergegas kepasar ia menemui dan menanyakan apa yang dilakukan si pemuda yang disebut si ahi kubur didalam mimpinya, “aku membaca al-quran ketika berziarah kubur, dan aku hadiahkan buat orang tuaku jawab pemuda tersebut.
Kisah tersebut mengandung hikmah bahwa orang yang diharapkan si mati tentunya berasal dari orang yang paling dekat, yakni anaknya, ini menjadi bentuk bakti si anak kepada orang tua ketika orang tua sudah meninggal dunia.
Jika selama ini kita merasa kurang berhkidmat kepada orang tua, jika selama ini kita mengabaikan mereka jika selama ini kita sering menyakiti hati mereka, segeralah dating kepada keduanya, bersimpuhlah dikaki mereka cium Tangan mereka, dan junjung tangan mereka yang pernah menimang kita, mintakan maaf atas kurangnya khidmat kepada mereka.
Jika diantara keduanya sudah meninggal dunia kirimkan doa yang tulus kepada mereka, antarkan doa itu dengan amal shalih dan hadiahkan amal salih itu untuk mereka. Ziarahilah kuburan mereka selama kita bisa lalu bertaubatlah kepada allah. Mohonkan rahmatnya agar allah tidak munurunkan azabnya kepada kita. Mohonkan kepada allah agar mengasihi kedua orang tua kita sebagaimana mereka mengasihi kita diwaktu kecil.
Ya allah hari ini mereka tidak dapat berlebaran bersama kami, tiadak bisa kami ulurkan tangan kami untuk meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kami kepada mereka. Tidak bisa kami berkumpul bersama mereka karena kami sedang berada di perantauan. Tetapi kami mohon ya allah masukkanlah rasa bahagia kepada mereka, jika diantara mereka telah mendahului kami harumkanlah kuburan mereka, dengan wewangian doa-doa kami sampaikanlah salam kami yang tulus kepada mereka ringankanlah beban mereka di alam kubur.
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar walillahi ilham
Setelah shalat ID nanti, marilah kita saling memaaf-maafan, saling ikhlas mengikhlaskan, saling doa mendoakan, renungkanlah perbuatan kita selama ini renungkanlah orang-orang yang pernah kita zalimi kenanglah bahwa suatu saat nanti akan berbaring dibawah tanah berbungkus dengan kain kafan, tergoleh seperti seonggok tubuh yangb tak berguna dan terlupakan. Kenanglah pada saat itu nanti semua kebanggaan, kesombongan, kesalahan dan dosa yang kita lakukan akan menambah penyesalan.
Saya menghimbau diri saya sendiri dan kita semua yang hadir pada sholat ID ini, untuk mengingat kembali akan kematian, dengan selalu meninggalkan apa yang telah menjadi larangan allah dan melaksanakan apa yang diperintahkan allah kepada kita, serta dengan selalu berbuat manfaat buat diri kita, keluarga kita, dan hamba-hamba allah lainnya amiin ya robbal ‘alamin

Minggu, 19 Juli 2020

Sejarah Silsilah Raja-Raja Tambusai

Silsilah Kerajaan Tambusai :
Raja-raja di Kerajaan Tambusai
Raja I. Sultan Mahyudin Gelar Mohamad Kahar (850-951M)
Raja II. Sultan Zainal
Raja III. Sultan Ahmad
Raja IV. Sultan Abdullah
Raja V. Sultan Syaifuddin
Raja VI. Sultan Abdurahaman
Raja VII. Sultan Duli Yang Dipertuan Tua
Raja VIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja IX. Sultan Duli Yang Dipertuan Saidi Muhamil
Raja X. Sultan Duli Yang Dipertuan Sakti
Raja XI. Sultan Duli Yang Dipertuan Ngagap
Raja XII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja XIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Djumadil Alam (Abdul Hamid)
Raja XIV. Sultan Duli Yang Dipertuan Besar
Raja XV. Sultan Abdul Wahid (1864-1887)
Raja XVI.Sultan Zainal Abidin (1887-1916)
Raja XVII. Sultan Ahmad (Glr T. Muhamad Silung 1916)
Raja XVIII. Yang Dipertuan Tengku Muhammad Yudo
Raja XIX. Tengku Ilyas Gelar Tengku Sulung.

(disusun dari sumber tertulis Terombo Siri pegangan Raja Tambusai dalam memimpin kerajaan, disimpan oleh Haji Tengku Ilyas, Gelar Tengku Sulung Raja Tambusai XIX)
Raja I s.d ke-4 kedudukan di Karang Besar, Raja ke-5 Pindah ke Tambusai lalu ke Dalu-dalu, pada masa Raja VII Sultan Yang Dipertuan Tua dibentuklah Datuk Non Berempat : Datuk Bendaharo, Datuk Rangkayo Maharajo, Datuk Paduko Sumarajo, Datuk Paduko Majolelo
Raja XV Sultan Abdul Wahid, mendirikan Istana darurat di Rantau Binuang, setelah di nobatkan Sultan Mohammad Zainal Abidin sebagai raja XVI Tambusai berkedudukan di Istana II di Rantau Kasai
(sumber executive summary Sejarah Perjuangan Sultan Mohammad Dzainal Abidin menentang Kolonial Belanda di Rokan - Riau - Indonesia 1887-1916, oleh Pemdaprov Riau, BKS Pekanbaru 2006)

Silsilah Kerajaan Tambusai :
Raja-raja di Kerajaan Tambusai
Raja I. Sultan Mahyudin Gelar Mohamad Kahar (850-951M)
Raja II. Sultan Zainal
Raja III. Sultan Ahmad
Raja IV. Sultan Abdullah
Raja V. Sultan Syaifuddin
Raja VI. Sultan Abdurahaman
Raja VII. Sultan Duli Yang Dipertuan Tua
Raja VIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja IX. Sultan Duli Yang Dipertuan Saidi Muhamil
Raja X. Sultan Duli Yang Dipertuan Sakti
Raja XI. Sultan Duli Yang Dipertuan Ngagap
Raja XII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja XIII. Sultan ROYAL MAJESTY DJUMADIL ALAM (Abdul Hamid)
Raja XIV. Sultan Duli Yang Dipertuan Besar
Raja XV. Sultan Abdul Wahid (1864-1887)
Raja XVI.Sultan Zainal Abidin (1887-1916)
Raja XVII. Sultan Ahmad (Glr T. Muhamad Silung 1916)
Raja XVIII. Yang Dipertuan Tengku Muhammad Yudo
Raja XIX. Tengku Ilyas Gelar Tengku Sulung.

(disusun dari sumber tertulis Terombo Siri pegangan Raja Tambusai dalam memimpin kerajaan, disimpan oleh Haji Tengku Ilyas, Gelar Tengku Sulung Raja Tambusai XIX)
Raja I s.d ke-4 kedudukan di Karang Besar, Raja ke-5 Pindah ke Tambusai lalu ke Dalu-dalu, pada masa Raja VII Sultan Yang Dipertuan Tua dibentuklah Datuk Non Berempat : Datuk Bendaharo, Datuk Rangkayo Maharajo, Datuk Paduko Sumarajo, Datuk Paduko Majolelo
Raja XV Sultan Abdul Wahid, mendirikan Istana darurat di Rantau Binuang, setelah di nobatkan Sultan Mohammad Zainal Abidin sebagai raja XVI Tambusai berkedudukan di Istana II di Rantau Kasai
(sumber executive summary Sejarah Perjuangan Sultan Mohammad Dzainal Abidin menentang Kolonial Belanda di Rokan - Riau - Indonesia 1887-1916, oleh Pemdaprov Riau, BKS Pekanbaru 2006)

Jumat, 17 Juli 2020

Makhraj dan Cara Pengucapannya

Makhraj dan Cara Pengucapannya

Image result for pengucapan makhrajtelah disinyalir oleh Rasulullah SAW: "Banyak orang yang membaca al-Qur'an tetapi al-Qur'an (yang dibaca) justru melaknatnya."

Makhorijul huruf dibagi menjadi 5 tempat, yaitu :
  •  Rongga mulut (الجوف )
           Huruf yang keluar dari jauf yaitu : alif, wawu, ya’
  • Tenggorokan (الحلق )
  • Asyqal Halqi (pangkal tenggorokan), yaitu hamzah ( ء ) dan ha’) هـ )
    • Wasthul Halqi (pertengahan tenggorokan), yaitu ha’( ح ) dan ‘ain ( ع)
    • c.Adnal Halqi (ujung tenggorokan), yaitu ghoin ( غ ) dan kho’ ( خ )
    •  
  • 3.Lidah (اللسان )
Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya lidah ada 18.
Dikelompokkan menjadi 10 makhraj, yaitu:
a. Pangkal lidah dan langit-langit mulut bagian belakang
Yaitu huruf qof ( ق ) bunyinya keluar dari pangkal lidah dekat dengan
kerongkongan yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian
Image result for pengucapan makhrajbelakang.
b. Pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit mulut bagian tengah
Yaitu huruf kaf ( ك ) bunyinya keluar dari pangkal lidah di depan
makhroj huruf qof yang dihimpitkan ke langit-langit bagian mulut bagian
tengah.
c. Tengah-tengah lidah
Yaitu huruf jim ( ج ), syin ( ش ), dan ya’ ( ي ) bunyinya keluar dari
tengah-tengah lidah serta menepati langit-langit mulut yang tepat di
atasnya.
d. Pangkal tepi lidah
Yaitu huruf dho’ ( ض ) bunyinya keluar dari tepi lidah (boleh tepi lidah
kanan atau kiri) hingga sambung dengan makhrojnya huruf lam, serta
menepati geraham.
e. Ujung tepi lidah
Yaitu huruf lam ( ل ) bunyinya keluar dari tepi lidah (sebelah kiri atau
kanan) hingga penghabisan ujung lidah serta menepati dengan langit-
langit mulut atas.
f. Ujung lidah
Yaitu huruf nun ( ن ) bunyinya keluar dari ujung lidah setelah
makhrojnya lam, lebih masuk sedikit ke dasar lidah serta menepati
dengan langit-langit mulut atas.
g. Ujung lidah tepat
Yaitu huruf ro’ ( ر ) bunyinya keluar dari ujung lidah tepat setelah
makhrojnya nun dan lebih masuk ke dasar lidah serta menepati dengan
langit-langit mulut atas.
h. Kulit gusi atas
Yaitu huruf dal ( د ), ta’ ( ت ), tho’ ( ط ) bunyinya keluar dari ujung
lidah serta menepati dengan pangkal gigi seri yang atas.
i. Runcing lidah
Yaitu huruf shod ( ص ), sin ( س ), za’ ( ز ) bunyinya keluar dari ujung
lidah serta menepati ujung dua gigi seri yang bawah.
j. Gusi
Yaitu huruf dho’ ( ظ ), tsa’ ( ث ), dzal ( ذ ) bunyinya keluar dari ujung
lidah serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas.

4. Dua bibir (الشفتين )
Yang termasuk huruf syafatain yaitu :
a. Fa’ ( ف ) keluar dari dalamnya bibir yang bawah serta menepati
dengan ujung dua gigi seri yang atas.
b. Wawu ( و ), ba’ ( ب ), mim ( م ) keluar di antara dua bibir (antara
bibir atas dan bawah). Hanya saja untuk wawu bibir membuka,
sedangkan untuk ba’ dan mim bibir membungkam.
5. Rongga hidung (الخيشوم )
Adapun huruf-hurufnya yaitu huruf-huruf ghunnah mim dan nun dengan
ketentuan :
a. Nun bertasydid
b. Mim bertasydid
c. Nun sukun yang dibaca idghom bighunnah, iqlab dan ikhfa’ haqiqi
d. Mim sukun yang bertemu dengan mim atau ba’
Adapun tempat-tempat keluarnya huruf secara rinci ada 17 :
  • (1)Rongga mulut (huruf mad yang tiga : ا،و،ي )
  • (2)Pangkal tenggorokan (ء،ه )
  • (3)Tengah tenggorokan ( ع،ح )
  • (4)Ujung tenggorokan ( غ،خ )
  • (5)Pangkal lidah paling belakang (ق )
  • (6)Pangkal lidah sedikit ke depan ( ك )
  • (7)Tengah lidah dengan langit-langit ( ج،ش،ي )
  • (8)Sisi lidah bertemu geraham atas (ض )
  • (9)Dibawah sisi lidah setelah dhad (ل )
  • (10)Ujung lidah setelah lam ( ن )
  • (11)Ujung lidah setelah nun (ر )
  • (12)Ujung lidah bertemu gusi atas (ط،د،ت )
  • (13)Ujung lidah bertemu ujung gigi depan yang atas (ظ،ذ،ث )
  • (14)Ujung lidah diantara gigi atas dan gigi bawah (lebih dekat ke bawah) ( ص،س،ز )
  • (15)Bibir bawah bagian dalam bertemu ujung gigi atas (ف )
  • (16)Dua bibir ( و،ب،م )
  • (17)Rongga hidung (ghunnah/ dengung)
1. Huruf ء ( A )
Makhroj ketika mengucapkan huruf A berada pada tenggorokan yang terjauh.
Latihannya  :
أَ إِيْ اُوْ بأْ أُوأًَ أَنِ أَأْ نَ مِنَ الْمُوْنِ مَإِ يْأًَ أَنِ أًَ
Kesalahan pada huruf A biasanya sering terjadi ketika bertemu dengan huruf ‘ain, sehingga antara huruf hamzah dengan A seringkali saling mempengaruhi.
Contoh : a’uudzu seringkali dibaca ‘auudzu
2. Huruf ب ( BA )
Huruf ba dikeluarkan dengan cara merapatkan kedua bibir kita. Danketika mati atau ba disukun maka terdengar pantulan.
Kesalahan yang terjadi seringkali Ba lupa untuk dipantulkan suaranya.
Latihannya :
بَا بِيْ بُوْ بَبْ بُوْ بًَا بَنِ بَبْ نَ مِنَ الْمُبنِ مَبِيْبًَا بَنِبًَا
3. Huruf ت ( TA )
Huruf Ta keluar dengan menyentuhkan ujung lidah kita dengan gusi-gusi gigi seri bagian atas. Kemudian huruf Ta ketika diucapkan terdengar ada nafas yang mengalir. Atau dalam ilmu tajwid disebut dengan sifat Al-Hams.
Tidak boleh membaca huruf Ta misalkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan gigi kita. Kemudian sering kali nafasnya tidak mengalir ketika mengucakan huruf Ta.
Latihannya:
تَا تِتيْ تُوْ تَتْ تُوْ تًَا تَنِ تَتْ نَ مِنَ الْمُتْنِ مَتِيْتًَا تَنِتًَا

4. Huruf ث ( TSA )
Huruf Tsa dikeluarkan dengan menyentuhkan ujung lidah kita dengan dinding dua gigi seri bagian atas, diucapkan dengan suara dan nafas yang terdengar mengalir.
Biasanya huruf Tsa terjadi kesalahan pada suara yang tidak mengalir,jadi sekedar nafasnya saja yang mengalir, atau lidah yang keluar terlalu panjang. Jadi yang tepat adalah ujung lidah disentuhkan dengan dinding dua gigi seri bagian atas.
Latihannya :
ثَا ثِتيْ ثُوْ ثَتْ ثُوْ ثًَا ثَنِ ثَثْ نَ مِنَ الْمُثْنِ مَثِيْثًَا ثَنِثًَا
5. Huruf ج ( JA )
Huruf Ja dikeluarkan dengan menyentuhkan tengah-tengah lidah dengan langit langit.
Kesalahan yang sering munculketika mengucapkan huruf Ja adalah mengalirnya nafas, padahal kalau kita melihat sifat yang dimiliki huruf Ja adalah tidak boleh mengalir nafas atau disebut dengan Al-Jahr, lawan dari Al-Hams.
Latihannya :
جَا جِتيْ جُوْ بَجْ جُوْ جًا جَنِ جَجْ نَ مِنَ الْمُجْنِ مَجِيجًَا جَنجًَا
6. Huruf ح ( ha )
Huruf ha dikeluarkan dari tengah-tengah tenggorokan.
Kesalahan yang paling sering ketika mengucapkan huruf ha adalah seringkali terpengaruh dengan huruf Ha.
Latihannya :
حَا حِتيْ حُوْ بَحْ حُوْ حَااًَ حَنِ حَحْ نَ مِنَ الْمُحْنِ مَحِيحًا حَنِحًَا
7. Huruf خ ( KHO )
Huruf Kho dikeluarkan dari pangkal tenggorokan, diucapkan dengan mengalir nafas, atau lebih praktisnya pegucapan huruf Kho persis terdengar sperti orang yang tidur dalam keadaan mendengkur/mengorok.
Kesalahan pada pengucapan huruf Kho biasanya adalah suara yang tidak menebal, padahal huruf Kho memiliki sifat Al-Isti’la. Ada sebuah kaidah yaitu semua huruf yang memilki sifat Al-Isti’la mesti diucapkan dengan suara yang tebal.
Latihannya :
خَا خِتيْ خُوْ بَخْ خُوْ خَاً خَنِ خَخْ نَ مِنَ الْمُخْنِ مَخِيخًا خَنِحخًا
8. Huruf د ( DA )
Huruf Da diucapkan dengan menyantuhkan ujung lidah kita dengan bagian gusi-gusi dua gigi seri bagian atas.
Kesalahan yang sering dilakukan adalah menyentuhkan ujung lidah dengan langit-langit, dan kesalahan yang lainnya ketika mengucapkan huruf Da adalah melupakan sifat Qolqolah yang dimilki huruf Da.
Latihannya :
دَا دِيْدُوْ بَدْ دُوْ د ًَ دَنِدَدْ نَمِنَ الْمُدْنِ مَدِيد ًَ دَنِد ًَا
9. Huruf ذ ( DZA )
Huruf Dza diucapkan dengan menyentuhkan ujnug lidah dengan dinding dua gigi seri bagian atas seperti kita mengucapkan huruf Tsa,ujung liodah boleh ditampakan ataupun tidak nampak.
Kesalahan yang suka terjadi pada pengucapan huruf Dza suara yang seringkali tertahan ketika diucapkan dalam keadaan sukun atau suara seringkali dipantulkan.
Latihannya : ذَا ذِيْذُوْ بَذْ ذُوْ ذ ًَ ذَنِذَذْ نَمِنَ الْمُذْنِ مَذِيذ ًَا ذَنِذ ًَا

10. Huruf ر ( RO )
Huruf Ro diucapkan dengan menyentuhkan punggung lidah dengan langit-langit.
Laihannya : رَا رِيْرُوْ بَرْ رُوْ ر ًَ رَنِرَرْ نَمِنَ الْمُرْنِ مَرِير ًَا رَنِر ًَا

11. Huruf ز ( ZA )
Huruf Za diucapkan dengan cara ujung lidah kita berada diantara dua gigi seri bagian atas dan bagian bawah.Menyerupai dengan pengucapan huruf Z didalam huruf latin, tetapi ingat huruf Za bersifat Al-Jahr artinya ketika kita menhucapkan huruf Za suara kita mengalir akan tetapi nafas tidak boleh mengalir.
Latihannya : زَا زِيْرُوْ بَزْ زُوْ ز ًَ زَنِزَزْ نَمِنَ الْمُزْنِ مَزِيز ًَا زَنِز ًَا

12. Huruf س ( SA )
Huruf Sa diucapkan dengan ujung lidah berada diantara dua gigi seri kita.
Diantara sifat yang menonjol ketika kita mengucapkan huruf Sa atau huruf Sin, adalah sifat Ash-Shofir dimana ketika mengucapkan huruf Sa ada suara tambahan yang menyerupai dengan suara belalang.
Latihannya : سَا سِيْ سُوْ بَسْ سُوْ سًَا سَنِ سَ سْ نَمِنَ الْمُسْنِ مَسِيسًَا سَنِسًَا

13. Huruf ش ( Sya )
Huruf Sya dikeluarkan dengan cara mengangkat tengah lidah ke langit-langit. Dansifat yang dimiliki huruf Sya yang paling nampak adalah yang disebut dengan sifat At-Tafasyi yaitu menyebarnya angin didalam mulut kita.
Latihannya: شَا شِيْ شُوْ بَشْ شُوْ شًَا شَنِ شَ شْ نَمِنَ الْمُشْنِ مَشِيشًا شَنِشًَا

14. Huruf ص ( SHO )
Huruf Sho sama seperti huruf Sa dan Za, yaitu lidah berada diantara dua gigi seri, untuk memudahkan pengucapan huruf Sho perhatikan sifat Ash-Shofir yang dimiliki oleh huruf Sho, yaitu suara tambahan yang terdengar menyerupai dengan suara angsa.
Dan ingat ketika kita mengucapkan huruf fathah maka bibir kita tidak boleh diucapkan dengan monyong, satu hal yang mesti kita ingat setiap mengucapkan huruf fathah maka dibuka rongga mulutnya dengan sempurna. Tidak ada huruf fathah yang diucapkan dengan cara memonyongkan dua bibir kita.
Latihannya: صَا صِيْ صُوْ بَصْ صُوْ صًا صَنِ صَصْ نَمِنَ الْمُصْنِ مَصِيصًا صَنِصًَا

Image result for pengucapan makhraj15. Huruf ض ( DHO )
Huruf Dho diucapkan dengan menyentuhkan sisi lidah kita dengan graham-graham atas, boleh salahsatu sisi disentuhkan dengan salahsatu graham atas kita, atau boleh juga menyentuhkan dua sisi lidah kita dengan dua graham kita.
Diantara sifat yang menonjol pada pengucapan huruf Dho adalah sifat Al-Istitholah, yaitu suara kita memanjang dan terdengar lembut suaranya ketika diucapkan dan memanjang suara kita.
Latihannya : ضَا ضِيْ ضُوْ بَضْ ضُوْ ضًا ضَنِ ضَضْ نَمِنَ الْمُضْنِ مَضِيضًا ضَنِضًَا

16. Huruf ط ( THO )
Huruf Tho diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan gusi-gusi dua gigi seri bagian atas. Sifat yang dimiliki oleh huruf Tho yang mesti nampak ketika kita ucapkan adalah sifat Al-Isti’la dan sifat Al-Itbakh,sehingga dengan dua sifat ini maka ketika Tho diucapkan suara kita terdengar menebal.Dan dalam posisi sukun Tho memiliki sifat Qolqolah sehingga suaranya mesti terdengar mantul.
Latihannya : طَا طِيْ طُوْ بَطْ طُوْ طًا طَنِ طَ طْ نَمِنَ الْمُطْنِ مَطِيطًا طَنِطًَا

17. Huruf ظ ( ZHO )
Huruf Zho diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan dua gigi seri bagian atas sebagaimana kita mengucapkan huruf Dza, yang membedakannya adalah Zho memiliki sifat Al-Isti’la dan sifat Al-Itbakh yang tidak dimilki oleh huruf Dza, sehingga Dza terdengar lebih tipis dibandingkan dengan Zho.
Latihannya : ظَا ظِيْ ظُوْ بَظْ ظُوْ ظًا ظَنِ ظَ ظْ نَمِنَ الْمُظْنِ مَظِيظًا ظَنِظًا

18. Huruf ع ( AIN )
Huruf Ain dikeluarkan dari tengah-tengah tenggorokan seperti kita mengucapkan huruf ha.
Kesalahan sering muncul huruf ‘Ain seringkali diucapkan dengan suara memasuki hidung. Dan perhatikan juga ketika huruf Ain disukun maka suara kita tidakboleh mati.
Latihannya : عَا عِيْ عُوْ بَعْ عُوْ عًا عَنِ عَ عْ نَمِنَ الْمُعْنِ مَعِيعًا عَنِعًا

19. Huruf غ ( GHO )
Huruf GHO diucapkan seperti kita mengucaokan huruf Kho, yaitu diucapkan dari pangkal tenggorokan kita, yang membedakannya adalah Kho mengalir nafas dan Gho tidakmengalir nafas. Dan keduanya memiliki persamaan yaitu keduanya memiliki sifat Al-Isti’la sehingg kedua huruf tersebut ketika diucapkan suara kita mesti terdengar menebal.
Perhatikan posisi mulut kita ketika mengucapkan dalam keadaan fathah tidak dimponyongkan tapi terbuka, ketika dhomah baru bibir kita dimonyongkan sehingga keluar vocal u dengan sempurna. Dan diucapkan dengan suara yang lembut.
Latihannya : غَا غِيْ غُوْ بَغْ غُوْ غًا غَنِ غَ غْ نَمِنَ الْمُغْنِ مَغِيغًا غَنِغًا

20. Huruf ف ( FA )
Huruf Fa diucapka dengan menyentuhkan ujung dua gigi seri kita bagian atas dengan bibir bawah bagian dalam, sepeti kita mengucapkan huruf F didalam huruf latin.
Suara dan angina mesti keluar dengan lembut.
Latihannya : فَا فِيْ فُوْ بَفْ فُوْ فًا فَنِ فَ فْ نَمِنَ الْمُفْنِ مَفِيفًا فَنِفًا

21. Huruf ق ( QO )
Huruf Qo diucapkan dengan cara menyentuhkan pangkal lidah kita dengan langit-langit bagian belakang, diucapkan dengan suara yang tebal dan dalam posisi sukun maka terdengar pantulan suara.
Latihannya : قَا قِيْ قُوْ بَقْ قُوْ قًَا قَنِ قَ قْ نَمِنَ الْمُقْنِ مَقِيقًا قَنِقًا

22. Huruf ك ( KA )
Huruf Ka diucapkan dengan mengangkat pangkal lidah kita keposisi didepan huruf Qof. Diucapkan dengan mengalirkan nafas kita.
Latihannya : كَا كِيْ كُوْ بَكْ كُوْ كًا كَنِ كَ كْ نَمِنَ الْمُكْنِ مَكِيكًا كَنِكًا

23. Huruf ل ( LA )
Huruf La diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah kita disentuhkan dengan langit-langit didepan pengucapan huruf Ro.
Latihannya : لاَ لِيْ لُوْ بَلْ لُوْ لاًَ لَنِ لَ لْ نَمِنَ الْمُلْنِ مَلِيلاًَ لَنِلاًَ

24. Huruf م ( MA )
Huruf Ma diucapkan dengan cara merepatkan dua bibir.
Latihannya : ماَ ميْ مُوْ بَمْ مُوْ ماًَ مَنِ مَ مْ نَمِنَ الْمُمْنِ مَمِيماًَ مَنِماًَ

25. Huruf ن ( NA )
Huruf Na cara pengucapannya dengan menyentuhkan ujung lidah kita diantara posisi Ro dan La.
Latihannya : ناَ نيْ نُوْ بَنْ نُوْ ناًَ نَنِ نَن نَ مِنَ الْمُنْنِ مَنِيناًَ نَنِناًَ

26. Huruf و ( WA )
Huruf Wa diucapkan dengan cara memonyongkan dua biir kita.
Latihannya : واَ وِيْ وُوْ بَوْ وُوْ واًَ وَنِ وَوْ نَ مِنَ الْمُوْنِ مَوِيواًَ وَنِواًَ

27. Huruf ه ( Ha )
Huruf ha pengucapannya dikeluarkan dari tenggorokkan yang terjauh, sama seperti kita mengucapkan huruf a. Huruf Ha seringkali diucapkan dari dada, ingat didalam makhorijul huruf kita tidak mengenal pengucapan huruf-huruf dada.
Latihannya : هاَ هِيْ هُوْ بَهْ هُوْ هاًَ هَنِ هَ هْ نَ مِنَ الْمُهْنِ مَهِيهاًَ هَنِهاَ

28. Huruf ي ( YA )
Huruf Ya, makhrojnya membuka kedua bibir dengan sempurna.
Setelah mengucapkan kalimatnya tersebut, ustadzah kemudian menjelaskan bagaimana posisi huruf-huruf hijaiyah di rongga mulut kita. Dan ternyata, keseluruhan huruf hijaiyah memiliki posisinya masing-masing di mulut kita, mulai dari rongga tenggorokan hingga ujung bibir. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di gambar di bawah.


Catatan:
Biasanya kita mengalami kesulitan dalam membedakan antara huruf ا , ء, dan  ع. Perlu kita ketahui bahawa, memang ا dan ء memiliki kesamaan dalam beberapa tempat pelafalannya, namun sebenarnya ا dan ء memiliki perbedaan mendasar. Mari kita lihat contoh kata berikut ini:
اَلْأَرْضُ (bumi)
اَلْبَيْتُ (rumah)
سَمَاءٌ (langit)

Bagaimana kita membedakan antara mana ا dan ء dalam contoh di atas?
Alif; jika tidak ada kata lain sebelumnya maka ia akan terlafalkan jelas, seperti pada contoh;   البيت (bagian yang dimerahkan) : Albaytu. Sedangkan, jika ada kata lain sebelumnya, maka alif tidak terbaca. Kemudian, jika alif terletak di tengah-tengah sebuah kata, maka fungsinya berubah, yakni memperpanjang durasi pelafalan huruf sebelumnya, dengan syarat huruf sebelumnya itu berharakat fathah.

Contoh:
إِشْتَرَيْتُ الْبَيْت  (aku telah membeli rumah)
سَمَاءٌ  (la…): samaa'un

Hamzah; Hamzah memiliki empat macam bentuk yaitu: ء, ؤ , أ , ئ. Perbedaan antara hamzah dan alif ialah, terletak di mana pun huruf hamzah dalam sebuah kata, pasti akan terlafalkan dengan jelas.Sedangkan alif tidak demikian.

Contoh:
 سَمَاءٌ  (la ...)
 أَجَلٌ  (ya)
 مُؤْمِنٌ (orang beriman)
 رَئِيْسٌ  (ketua/kepala/pemimpin)

Sedangkan ع ('ain), sebenarnya sangat berbeda dengan ا dan ء,  namun dalam praktiknya, antara ketiga huruf tersebut sering tertukar bunyi. Pelafalan ع, artikulasinya condong ke langit-langit atas bagian belakang. Sehingga bunyinya terdengar agak sengau. Seperti  kata عِلْمٌ atau عَيْنٌ.


أَ إِ أُ بَأْ : Makhraj: pangkal tenggorokan. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: mulut terbuka lebar, suara tidak boleh dibesarkan dan tidak boleh dibaca "o".
بَ بِ بُ بَبْ : Makhraj: dua bibir menempel. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, idzlâq, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "ba" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), dan ketika disukun harus dibendalkan.
تَ تِ تُ بَتْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam. Sifat: syiddah, hams, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas harus keluar, baik ketika hidup maupun ketika dibaca sukun. Berbeda dengan "ta" dalam bahasa Indonesia maupun Jawa. Hati-hati!
ثَ ثِ ثُ بَثْ Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar.
جَ جِ جُ بَجْ : Makhraj: tengah lidah menempel langit-langit. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "ja" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), ketika disukun harus dibendalkan.
حَ حِ حُ بَحْ : Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmat. Cara pengucapan: bersih (tidak ada getar di tenggorokan), nafas keluar.
خَ خ ِخُ بَخْ Makhraj: ujung tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: ada getar di tenggorokan, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun) dan nafas keluar.
دَ دِ دُ بَدْ Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "da" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), dan ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.
    ذَ ذِ ذُ بَذْ :             Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas.  
                                Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât.
                                 Cara pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
          رَ رِ رُ بَرْ  
                                Makhraj: ujung lidah sedikit lebih ke dalam daripada nun.  
                                      Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, inhirâf, takrîr, tafkhîm dan tarqîq.  
                                    Cara pengucapan: ketika berharakat fathah, dhammah dan berharakat sukun yang didahului oleh huruf berharakat fathah/ dhammah harus dibaca tebal (mulut mecucu). Ketika berharakat kasrah dan ketika berharakat sukun yang jatuh setelah huruf yang berharakat kasrah/jatuh setelah ya' sukun harus dibaca tipis (mulut mecece).

                    زَ زِ زُ بَزْ :
                       Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah.  
                                          Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr.  
                                             Cara pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
                    سَ سِ سُ بَسْ

                      Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah.  
                          Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr.  
                                     Cara pengucapan: nafas keluar, harus dibaca tipis (mulut mecece). 

                                شَ شِ شُ بَشْ :  
                                  Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit.
                                    Sifat: hams, rakhawâh, istifâl, infitâh, ishmât, tafasysyi. 
                                      Cara pengucapan: suara tebal dan nafas keluar.

                                        صَ صِ صُ بَصْ : Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah.  

                                                                 Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât. 
                                                          
                                                           Cara pengucapan: nafas keluar, suaranya tipis dengan mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun).
                                        : ضَ ضِ ضُ بَضْMakhraj: tepi lidah (kanan/kiri) dengan (menyentuh) gigi geraham.  
                                                   
                                                                 Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, istithâlah.  
                                                                  Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
                                        طَ طِ طُ بَطْ Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam.  
                                                             Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, qalqalah.  
                                                            Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar); mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.
                                        ظَ ظِ ظُ بَظْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada ujung dua gigi atas. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât. Cara pengucapan: nafas agak tertahan (tetap ada yang keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
                                        عَ عِ عُ بَعْ : Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, ishmât. Cara penguca-pan: nafas tertahan, suara seperti bindeng, jangan dibaca 'nga'.
                                        غَ غِ غُ بَغْ : Makhraj: ujung tenggorokan. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas (agak) tertahan; suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
                                        فَ فِ فُ بَفْ Makhraj: ujung gigi atas menempel pada bibir bawah sebelah dalam. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, idzlâq. Cara pengucapan: nafas keluar.
                                         
                                        قَ قِ قُ بَقْ Makhraj: pangkal lidah sebelah atas, sangat dekat tenggorokan. Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan; mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.
                                        كَ كِ كُ بَكْ Makhraj: pangkal lidah di bawah makhraj qafSifat: syiddah, hams, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
                                         
                                        لَ لِ لُ بَلْ : Makhraj: kanan kiri lidah hingga ujungnya. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq. Cara pengucapan: keluar nafas, suara jangan dibesarkan.
                                        مَ مِ مُ بَمْ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, ghunnah. Cara pengucapan: bibir menempel (jawa: mingkem), suara jangan dibesarkan.
                                        نَ نِ نُ بَنْ : Makhraj: ujung lidah agak ke dalam di bawah makhraj lamSifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, ghunnah. Cara pengucapan: suara jangan dibesarkan, ketika disukun jangan dibendalkan.
                                        وَ وِ وُ بَوْ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: bibir terbuka; suara tidak boleh dibesarkan, ketika disukun dan jatuh setelah harakat fathah jangan dibaca 'ao', tapi 'au'.
                                        هَ هِ هُ بَهْ Makhraj: pangkal tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: suara besar dan nafas keluar.
                                        يَ يِ يُ بَيْ Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: suara tidak boleh dibesarkan, ketika disukun dan jatuh setelah harakat fathah jangan dibaca 'ae', tapi 'ai'.
                                        Keterangan:
                                        1. HAMS (هَمْس) artinya samar. Maksudnya: ketika huruf diucapkan, disertai dengan keluarnya nafas. Di antara huruf-hurufnya:
                                        (فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ) ف ح ث ه ش خ ص س ك ت hati-hati ketika huruf ت dan ك disukun, nafas jangan ditahan.
                                        2. JAHR (جَهْر) (kebalikannya hams) artinya terang. Maksudnya: suara huruf jelas dan ketika diucapkan nafas tertahan. Huruf-hurufnya antara lain:
                                        د ط ل ب ع ظ م وزن ق رئ ذي غ ض ج
                                        (عَظُمَ وَزْنُ قَارِئٍ ذِيْ غَضٍّ جَدَّ طَلَبْ)
                                        3. SYIDDAH (شِدَّة) artinya keras (jawa: atos). Maksudnya: suara tertahan ketika mulai mengucapkannya. Huruf-hurufnya:
                                        أج د ق ط ب ك ت (أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ)
                                        4. RAKHÂWAH (رَخَاوَه) (kebalikannya syiddah) artinya lemah (jawa: lemes, kendo). Maksudnya: suara tidak tertahan ketika memulai pengucapan. Huruf-hurufnya:
                                        خ ذ غ ث ح ظ ف ض ش وص زي س ه
                                        (خُذْ غِثَّ حَظّ فُضَّ شَوْصَ زِيِّ سَاهٍ)
                                        5. ISTI'LÂ` (اِسْتِعْلاَء) adalah naiknya lidah ke langit-langit ketika huruf diucapkan. Huruf-huruf isti'la` ini disebut juga huruf tafkhim (tebal). Cara pengucapannya: bibir mecucu.
                                        Huruf-hurufnya antara lain: خ ص ض غ ط ق ظ. (خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ) . Di antara huruf-huruf tersebut yang paling tinggi --naiknya lidah-- adalah huruf ط.
                                         
                                        6. ISTIFÂL (اِسْتِفَالْ) (kebalikannya isti'la`) adalah lidah tidak naik ketika huruf dibaca. Huruf-hurufnya harus dibaca tipis. Cara pengucapannya: bibir tidak mecucu.
                                        Huruf-hurufnya:
                                        ث ب ت ع ز م ن ي ج ود ح رف ه إذ س ل ش ك
                                        ثَبَتَ عِزُّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْفَهُ إِذْ سَلَّ شَكَا) (


                                        7. ITHBÂQ (إِطْبَاقْ) artinya bertemu (menempel)nya lidah pada langit-langit ketika huruf diucapkan. Di antara huruf-hurufnya adalah ظ ط ض ص 
                                        Sebagaimana dijelaskan di atas, isti'lâ` adalah naiknya lidah ke langit-langit, sementara ithbâadalah menempelnya lidah pada langit-langit, dengan demikian huruf-huruf yang memiliki sifat ithbaq adalah di antara huruf-huruf isti'lâ` yang paling kuat.

                                        8. INFITÂH (إِنْفِتَاحْ) (kebalikannya ithbâq) adalah terbukanya 
                                        (tidak menempelnya) lidah pada langit-langit. 
                                         Huruf-hurufnya adalah huruf hijaiyah 28 selain empat huruf di 
                                        atas ظ ط ض ص.

                                        9. IDZLÂQ (إِذْلاَق) artinya lancar. Maksudnya: huruf-huruf yang mudah diucapkan. Di antara huruf-hurufnya adalah: ف ر م ن ل ب (فِرَّ مِنْ لُبٍ) Mudahnya pengucapan huruf-huruf tersebut adalah karena makhrajnya berada di bagian luar. ر ن ل keluar dari ujung lidah, sementara ف م ب keluar dari dua bibir.

                                        10. ISHMÂT (إِصْمَاتْ) (kebalikannya idzlâq) artinya diam atau sulit diucapkan. Maksudnya bahwa huruf-huruf yang memiliki sifat ishmât sulit diucapkan, sehingga membutuhkan kehati-hatian dan pelan-pelan. Huruf-hurufnya antara lain:

                                        ج ز غ ش س خ ط ص د ث ق ة إذ وع ظ ه ي ح ض ك
                                        (جُزْ غِشَّ سَاخِطٍ صِدْ ِثقَةً إذْ وَعْظُهُ يَحُضُّك)


                                        11. QALQALAH (قَلْقْلَةْ) artinya goncang (mbendal)nya suara. Di antara huruf yang memiliki sifat qalqalah adalah:
                                        ق ط ب ج د (قَطْ بُجَدٍ)

                                        12. SHAFÎR (صَفِيْر) artinya suara sruit, merupakan suara tambahan yang keluar bersama dengan keluarnya nafas. Di antara huruf yang memiliki sifat ini adalah ص س ز.

                                        13. ISTITHÂLAH (اِسْتِطَالَهْ) artinya memanjang. Maksudnya, terdapat awalan yang panjang (sampai makhrajnya lam) sebelum huruf diucapkan. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ض.

                                        14. TAFASHSHΠ(تَفَشِّى) artinya tersebar. Maksudnya, ketika huruf diucapkan, terdapat banyak angin yang mengiringinya. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ش.

                                        15. TAKRÎR (تَكْرِيْر) artinya keder ketika diucapkan. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ر.

                                        Senin, 15 April 2019

                                        Hikmah isra'dan mijraj nabi muhammad saw

                                        Hikmah Dibalik Peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW
                                        “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-Isra’: 1)


                                        “Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)

                                        Pada suatu malam yang dingin tanggal 27 Rajab, tepatnya 10 tahun setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kenabian, Allah SWT. memberangkatkan hamba-Nya yang terkasih-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha. Semuanya tentu tahu tentang peristiwa tersebut karena setiap tahunnya umat muslim di Indonesia memperingatinya. Tapi adakah di antara mereka yang mengetahui peristiwa tersebut kemudian memahami ‘kenapa Allah memberangkatkan seorang hamba-Nya yang bernama Muhammad SAW itu?’

                                        Dan dalam tulisan berikut ini kita akan membahasnya secara singkat tentang hikmah di balik Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw. Kenapa kita harus membahasnya? Ada dua tujuan; Pertama, kita semua sepakat dan meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang terkandung tentunya bagi orang-orang yang berakal, kedua, dalam pembahasan ini diharapkan setelah membaca tulisan ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT yang begitu besar kekuasaan-Na. Berikut hikmah yang dapat saya rangkum dari buku Sirah Nabawiyah.

                                        1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.

                                        Sungguh tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya dengan sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina) hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra’ Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa orang yang baru masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.

                                        2. Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan penghinaan, penolakan dan pengusiran.

                                        Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam waktu yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan mendukungnya dengan jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Lalu hingga pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.


                                        3. Isra’ bukanlah peristiwa yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang paling besar.

                                        Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan pembuktian dan menampakkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah lakukan, dan hal tersebut terkadang masih saja di antara kita yang meragukan tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.

                                        4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.

                                        Perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam melintasi ribuan kilometer yang jauh dari Mekah tempat Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin membuktikan bahwa ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah SAW di Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah. Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin dan penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya. Dan agama Islam beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran dan syariat yang berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh dunia.

                                        5. Dalam Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.

                                        Ketika Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.

                                        Demikianlah peristiwa Isra’ Mi’raj ini Allah SWT memperjalankannya kepada baginda Rasulullah SAW, hal tersebut sesungguhnya untuk dapat diketahui oleh orang-orang yang beriman dan berakal. Semoga ini menjadi hikmah yang besar buat kita semua.