Minggu, 11 Agustus 2024
KHUTBAH HARI RAYA IDUL FITRI
Minggu, 19 Juli 2020
Sejarah Silsilah Raja-Raja Tambusai
Silsilah Kerajaan Tambusai :
Raja-raja di Kerajaan Tambusai
Raja I. Sultan Mahyudin Gelar Mohamad Kahar (850-951M)
Raja II. Sultan Zainal
Raja III. Sultan Ahmad
Raja IV. Sultan Abdullah
Raja V. Sultan Syaifuddin
Raja VI. Sultan Abdurahaman
Raja VII. Sultan Duli Yang Dipertuan Tua
Raja VIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja IX. Sultan Duli Yang Dipertuan Saidi Muhamil
Raja X. Sultan Duli Yang Dipertuan Sakti
Raja XI. Sultan Duli Yang Dipertuan Ngagap
Raja XII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja XIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Djumadil Alam (Abdul Hamid)
Raja XIV. Sultan Duli Yang Dipertuan Besar
Raja XV. Sultan Abdul Wahid (1864-1887)
Raja XVI.Sultan Zainal Abidin (1887-1916)
Raja XVII. Sultan Ahmad (Glr T. Muhamad Silung 1916)
Raja XVIII. Yang Dipertuan Tengku Muhammad Yudo
Raja XIX. Tengku Ilyas Gelar Tengku Sulung.
(disusun dari sumber tertulis Terombo Siri pegangan Raja Tambusai dalam memimpin kerajaan, disimpan oleh Haji Tengku Ilyas, Gelar Tengku Sulung Raja Tambusai XIX)
Raja I s.d ke-4 kedudukan di Karang Besar, Raja ke-5 Pindah ke Tambusai lalu ke Dalu-dalu, pada masa Raja VII Sultan Yang Dipertuan Tua dibentuklah Datuk Non Berempat : Datuk Bendaharo, Datuk Rangkayo Maharajo, Datuk Paduko Sumarajo, Datuk Paduko Majolelo
Raja XV Sultan Abdul Wahid, mendirikan Istana darurat di Rantau Binuang, setelah di nobatkan Sultan Mohammad Zainal Abidin sebagai raja XVI Tambusai berkedudukan di Istana II di Rantau Kasai
(sumber executive summary Sejarah Perjuangan Sultan Mohammad Dzainal Abidin menentang Kolonial Belanda di Rokan - Riau - Indonesia 1887-1916, oleh Pemdaprov Riau, BKS Pekanbaru 2006)
Silsilah Kerajaan Tambusai :
Raja-raja di Kerajaan Tambusai
Raja I. Sultan Mahyudin Gelar Mohamad Kahar (850-951M)
Raja II. Sultan Zainal
Raja III. Sultan Ahmad
Raja IV. Sultan Abdullah
Raja V. Sultan Syaifuddin
Raja VI. Sultan Abdurahaman
Raja VII. Sultan Duli Yang Dipertuan Tua
Raja VIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja IX. Sultan Duli Yang Dipertuan Saidi Muhamil
Raja X. Sultan Duli Yang Dipertuan Sakti
Raja XI. Sultan Duli Yang Dipertuan Ngagap
Raja XII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja XIII. Sultan ROYAL MAJESTY DJUMADIL ALAM (Abdul Hamid)
Raja XIV. Sultan Duli Yang Dipertuan Besar
Raja XV. Sultan Abdul Wahid (1864-1887)
Raja XVI.Sultan Zainal Abidin (1887-1916)
Raja XVII. Sultan Ahmad (Glr T. Muhamad Silung 1916)
Raja XVIII. Yang Dipertuan Tengku Muhammad Yudo
Raja XIX. Tengku Ilyas Gelar Tengku Sulung.
(disusun dari sumber tertulis Terombo Siri pegangan Raja Tambusai dalam memimpin kerajaan, disimpan oleh Haji Tengku Ilyas, Gelar Tengku Sulung Raja Tambusai XIX)
Raja I s.d ke-4 kedudukan di Karang Besar, Raja ke-5 Pindah ke Tambusai lalu ke Dalu-dalu, pada masa Raja VII Sultan Yang Dipertuan Tua dibentuklah Datuk Non Berempat : Datuk Bendaharo, Datuk Rangkayo Maharajo, Datuk Paduko Sumarajo, Datuk Paduko Majolelo
Raja XV Sultan Abdul Wahid, mendirikan Istana darurat di Rantau Binuang, setelah di nobatkan Sultan Mohammad Zainal Abidin sebagai raja XVI Tambusai berkedudukan di Istana II di Rantau Kasai
(sumber executive summary Sejarah Perjuangan Sultan Mohammad Dzainal Abidin menentang Kolonial Belanda di Rokan - Riau - Indonesia 1887-1916, oleh Pemdaprov Riau, BKS Pekanbaru 2006)
Jumat, 17 Juli 2020
Makhraj dan Cara Pengucapannya
Makhraj dan Cara Pengucapannya
- Rongga mulut (الجوف )
- Tenggorokan (الحلق )
- Asyqal Halqi (pangkal tenggorokan), yaitu hamzah ( ء ) dan ha’) هـ )
- Wasthul Halqi (pertengahan tenggorokan), yaitu ha’( ح ) dan ‘ain ( ع)
- c.Adnal Halqi (ujung tenggorokan), yaitu ghoin ( غ ) dan kho’ ( خ )
- 3.Lidah (اللسان )
4. Dua bibir (الشفتين )
- (1)Rongga mulut (huruf mad yang tiga : ا،و،ي )
- (2)Pangkal tenggorokan (ء،ه )
- (3)Tengah tenggorokan ( ع،ح )
- (4)Ujung tenggorokan ( غ،خ )
- (5)Pangkal lidah paling belakang (ق )
- (6)Pangkal lidah sedikit ke depan ( ك )
- (7)Tengah lidah dengan langit-langit ( ج،ش،ي )
- (8)Sisi lidah bertemu geraham atas (ض )
- (9)Dibawah sisi lidah setelah dhad (ل )
- (10)Ujung lidah setelah lam ( ن )
- (11)Ujung lidah setelah nun (ر )
- (12)Ujung lidah bertemu gusi atas (ط،د،ت )
- (13)Ujung lidah bertemu ujung gigi depan yang atas (ظ،ذ،ث )
- (14)Ujung lidah diantara gigi atas dan gigi bawah (lebih dekat ke bawah) ( ص،س،ز )
- (15)Bibir bawah bagian dalam bertemu ujung gigi atas (ف )
- (16)Dua bibir ( و،ب،م )
- (17)Rongga hidung (ghunnah/ dengung)
Makhroj ketika mengucapkan huruf A berada pada tenggorokan yang terjauh.
Contoh : a’uudzu seringkali dibaca ‘auudzu
Huruf ba dikeluarkan dengan cara merapatkan kedua bibir kita. Danketika mati atau ba disukun maka terdengar pantulan.
Kesalahan yang terjadi seringkali Ba lupa untuk dipantulkan suaranya.
Huruf Ta keluar dengan menyentuhkan ujung lidah kita dengan gusi-gusi gigi seri bagian atas. Kemudian huruf Ta ketika diucapkan terdengar ada nafas yang mengalir. Atau dalam ilmu tajwid disebut dengan sifat Al-Hams.
Tidak boleh membaca huruf Ta misalkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan gigi kita. Kemudian sering kali nafasnya tidak mengalir ketika mengucakan huruf Ta.
Latihannya:
4. Huruf ث ( TSA )
Huruf Tsa dikeluarkan dengan menyentuhkan ujung lidah kita dengan dinding dua gigi seri bagian atas, diucapkan dengan suara dan nafas yang terdengar mengalir.
Biasanya huruf Tsa terjadi kesalahan pada suara yang tidak mengalir,jadi sekedar nafasnya saja yang mengalir, atau lidah yang keluar terlalu panjang. Jadi yang tepat adalah ujung lidah disentuhkan dengan dinding dua gigi seri bagian atas.
Huruf Ja dikeluarkan dengan menyentuhkan tengah-tengah lidah dengan langit langit.
Kesalahan yang sering munculketika mengucapkan huruf Ja adalah mengalirnya nafas, padahal kalau kita melihat sifat yang dimiliki huruf Ja adalah tidak boleh mengalir nafas atau disebut dengan Al-Jahr, lawan dari Al-Hams.
Huruf ha dikeluarkan dari tengah-tengah tenggorokan.
Kesalahan yang paling sering ketika mengucapkan huruf ha adalah seringkali terpengaruh dengan huruf Ha.
Huruf Kho dikeluarkan dari pangkal tenggorokan, diucapkan dengan mengalir nafas, atau lebih praktisnya pegucapan huruf Kho persis terdengar sperti orang yang tidur dalam keadaan mendengkur/mengorok.
Kesalahan pada pengucapan huruf Kho biasanya adalah suara yang tidak menebal, padahal huruf Kho memiliki sifat Al-Isti’la. Ada sebuah kaidah yaitu semua huruf yang memilki sifat Al-Isti’la mesti diucapkan dengan suara yang tebal.
Huruf Da diucapkan dengan menyantuhkan ujung lidah kita dengan bagian gusi-gusi dua gigi seri bagian atas.
Kesalahan yang sering dilakukan adalah menyentuhkan ujung lidah dengan langit-langit, dan kesalahan yang lainnya ketika mengucapkan huruf Da adalah melupakan sifat Qolqolah yang dimilki huruf Da.
Huruf Dza diucapkan dengan menyentuhkan ujnug lidah dengan dinding dua gigi seri bagian atas seperti kita mengucapkan huruf Tsa,ujung liodah boleh ditampakan ataupun tidak nampak.
Kesalahan yang suka terjadi pada pengucapan huruf Dza suara yang seringkali tertahan ketika diucapkan dalam keadaan sukun atau suara seringkali dipantulkan.
10. Huruf ر ( RO )
Huruf Ro diucapkan dengan menyentuhkan punggung lidah dengan langit-langit.
11. Huruf ز ( ZA )
Huruf Za diucapkan dengan cara ujung lidah kita berada diantara dua gigi seri bagian atas dan bagian bawah.Menyerupai dengan pengucapan huruf Z didalam huruf latin, tetapi ingat huruf Za bersifat Al-Jahr artinya ketika kita menhucapkan huruf Za suara kita mengalir akan tetapi nafas tidak boleh mengalir.
12. Huruf س ( SA )
Huruf Sa diucapkan dengan ujung lidah berada diantara dua gigi seri kita.
Diantara sifat yang menonjol ketika kita mengucapkan huruf Sa atau huruf Sin, adalah sifat Ash-Shofir dimana ketika mengucapkan huruf Sa ada suara tambahan yang menyerupai dengan suara belalang.
13. Huruf ش ( Sya )
Huruf Sya dikeluarkan dengan cara mengangkat tengah lidah ke langit-langit. Dansifat yang dimiliki huruf Sya yang paling nampak adalah yang disebut dengan sifat At-Tafasyi yaitu menyebarnya angin didalam mulut kita.
14. Huruf ص ( SHO )
Huruf Sho sama seperti huruf Sa dan Za, yaitu lidah berada diantara dua gigi seri, untuk memudahkan pengucapan huruf Sho perhatikan sifat Ash-Shofir yang dimiliki oleh huruf Sho, yaitu suara tambahan yang terdengar menyerupai dengan suara angsa.
Dan ingat ketika kita mengucapkan huruf fathah maka bibir kita tidak boleh diucapkan dengan monyong, satu hal yang mesti kita ingat setiap mengucapkan huruf fathah maka dibuka rongga mulutnya dengan sempurna. Tidak ada huruf fathah yang diucapkan dengan cara memonyongkan dua bibir kita.
Huruf Dho diucapkan dengan menyentuhkan sisi lidah kita dengan graham-graham atas, boleh salahsatu sisi disentuhkan dengan salahsatu graham atas kita, atau boleh juga menyentuhkan dua sisi lidah kita dengan dua graham kita.
Diantara sifat yang menonjol pada pengucapan huruf Dho adalah sifat Al-Istitholah, yaitu suara kita memanjang dan terdengar lembut suaranya ketika diucapkan dan memanjang suara kita.
16. Huruf ط ( THO )
Huruf Tho diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan gusi-gusi dua gigi seri bagian atas. Sifat yang dimiliki oleh huruf Tho yang mesti nampak ketika kita ucapkan adalah sifat Al-Isti’la dan sifat Al-Itbakh,sehingga dengan dua sifat ini maka ketika Tho diucapkan suara kita terdengar menebal.Dan dalam posisi sukun Tho memiliki sifat Qolqolah sehingga suaranya mesti terdengar mantul.
17. Huruf ظ ( ZHO )
Huruf Zho diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan dua gigi seri bagian atas sebagaimana kita mengucapkan huruf Dza, yang membedakannya adalah Zho memiliki sifat Al-Isti’la dan sifat Al-Itbakh yang tidak dimilki oleh huruf Dza, sehingga Dza terdengar lebih tipis dibandingkan dengan Zho.
18. Huruf ع ( AIN )
Huruf Ain dikeluarkan dari tengah-tengah tenggorokan seperti kita mengucapkan huruf ha.
Kesalahan sering muncul huruf ‘Ain seringkali diucapkan dengan suara memasuki hidung. Dan perhatikan juga ketika huruf Ain disukun maka suara kita tidakboleh mati.
19. Huruf غ ( GHO )
Huruf GHO diucapkan seperti kita mengucaokan huruf Kho, yaitu diucapkan dari pangkal tenggorokan kita, yang membedakannya adalah Kho mengalir nafas dan Gho tidakmengalir nafas. Dan keduanya memiliki persamaan yaitu keduanya memiliki sifat Al-Isti’la sehingg kedua huruf tersebut ketika diucapkan suara kita mesti terdengar menebal.
Perhatikan posisi mulut kita ketika mengucapkan dalam keadaan fathah tidak dimponyongkan tapi terbuka, ketika dhomah baru bibir kita dimonyongkan sehingga keluar vocal u dengan sempurna. Dan diucapkan dengan suara yang lembut.
20. Huruf ف ( FA )
Huruf Fa diucapka dengan menyentuhkan ujung dua gigi seri kita bagian atas dengan bibir bawah bagian dalam, sepeti kita mengucapkan huruf F didalam huruf latin.
Suara dan angina mesti keluar dengan lembut.
21. Huruf ق ( QO )
Huruf Qo diucapkan dengan cara menyentuhkan pangkal lidah kita dengan langit-langit bagian belakang, diucapkan dengan suara yang tebal dan dalam posisi sukun maka terdengar pantulan suara.
22. Huruf ك ( KA )
Huruf Ka diucapkan dengan mengangkat pangkal lidah kita keposisi didepan huruf Qof. Diucapkan dengan mengalirkan nafas kita.
23. Huruf ل ( LA )
Huruf La diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah kita disentuhkan dengan langit-langit didepan pengucapan huruf Ro.
24. Huruf م ( MA )
Huruf Ma diucapkan dengan cara merepatkan dua bibir.
25. Huruf ن ( NA )
Huruf Na cara pengucapannya dengan menyentuhkan ujung lidah kita diantara posisi Ro dan La.
26. Huruf و ( WA )
Huruf Wa diucapkan dengan cara memonyongkan dua biir kita.
27. Huruf ه ( Ha )
Huruf ha pengucapannya dikeluarkan dari tenggorokkan yang terjauh, sama seperti kita mengucapkan huruf a. Huruf Ha seringkali diucapkan dari dada, ingat didalam makhorijul huruf kita tidak mengenal pengucapan huruf-huruf dada.
28. Huruf ي ( YA )
Huruf Ya, makhrojnya membuka kedua bibir dengan sempurna.
Catatan:
إِشْتَرَيْتُ الْبَيْت (aku telah membeli rumah)
سَمَاءٌ (la…): samaa'un
سَمَاءٌ (la ...)
أَجَلٌ (ya)
مُؤْمِنٌ (orang beriman)
رَئِيْسٌ (ketua/kepala/pemimpin)
Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr.
Cara pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât.
Cara pengucapan: nafas keluar, suaranya tipis dengan mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun).
Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, istithâlah.
Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, qalqalah.
Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar); mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.
7. ITHBÂQ (إِطْبَاقْ) artinya bertemu (menempel)nya lidah pada langit-langit ketika huruf diucapkan. Di antara huruf-hurufnya adalah ظ ط ض ص .
Senin, 15 April 2019
Hikmah isra'dan mijraj nabi muhammad saw
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-Isra’: 1)
“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)
Pada suatu malam yang dingin tanggal 27 Rajab, tepatnya 10 tahun setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kenabian, Allah SWT. memberangkatkan hamba-Nya yang terkasih-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha. Semuanya tentu tahu tentang peristiwa tersebut karena setiap tahunnya umat muslim di Indonesia memperingatinya. Tapi adakah di antara mereka yang mengetahui peristiwa tersebut kemudian memahami ‘kenapa Allah memberangkatkan seorang hamba-Nya yang bernama Muhammad SAW itu?’
Dan dalam tulisan berikut ini kita akan membahasnya secara singkat tentang hikmah di balik Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw. Kenapa kita harus membahasnya? Ada dua tujuan; Pertama, kita semua sepakat dan meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang terkandung tentunya bagi orang-orang yang berakal, kedua, dalam pembahasan ini diharapkan setelah membaca tulisan ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT yang begitu besar kekuasaan-Na. Berikut hikmah yang dapat saya rangkum dari buku Sirah Nabawiyah.
1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.
Sungguh tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya dengan sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina) hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra’ Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa orang yang baru masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.
2. Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan penghinaan, penolakan dan pengusiran.
Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam waktu yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan mendukungnya dengan jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Lalu hingga pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.
3. Isra’ bukanlah peristiwa yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang paling besar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan pembuktian dan menampakkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah lakukan, dan hal tersebut terkadang masih saja di antara kita yang meragukan tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.
Perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam melintasi ribuan kilometer yang jauh dari Mekah tempat Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin membuktikan bahwa ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah SAW di Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah. Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin dan penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya. Dan agama Islam beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran dan syariat yang berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh dunia.
5. Dalam Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.
Ketika Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.
Demikianlah peristiwa Isra’ Mi’raj ini Allah SWT memperjalankannya kepada baginda Rasulullah SAW, hal tersebut sesungguhnya untuk dapat diketahui oleh orang-orang yang beriman dan berakal. Semoga ini menjadi hikmah yang besar buat kita semua.
Rabu, 03 Mei 2017
formulir pendaftaran jadi atlit PERSEROSI


|
Pasir Pengraian, Mei 2017
CALON ATLIT
……………………………..
|